Biasanya, ayah tidak akan pulang tengah hari seperti ini. Minimal, dia akan pulang sebelum makan malam dan lekas-lekas duduk di ruang makan bersama aku dan mama. Keluarga kami tidak memiliki cukup banyak uang untuk dihamburkan, tetapi kami dikaruniai dengan kebahagiaan yang melimpah, aku bahkan membayangkan bahwa kebahagiaan kami sehari-hari tidak akan pernah habis.
Ayah berjalan mendekatiku, menyentuh rambutku yang panjangnya sepunggung. Rambut itu selalu dirawat dengan baik oleh mama. Dia selalu membersihkannya dengan sampo dan menatanya sebaik mungkin sebelum aku berangkat sekolah. Ayah mendekatkan rambut itu ke hidungnya dan mulai mengendusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bau rambutmu seperti bau rambut mamamu."
Aku hanya mengangguk. Dia mulai berdiri lagi, melepaskan rambut hitamku.
Ayahku menggeleng-nggelengkan kepalanya.
"Tidak. Tidak."
"Ada apa, Ayah?"
"Rambutmu tidak boleh terlalu panjang, Nak. Tidak. Tidak. Rambutmu harus dipotong pendek. Kau tahu, biaya perawatan rambut itu cukup mahal. Lagi pula, kau tetap bisa menjadi cantik dengan rambut pendek. Aku akan memotongnya. Tunggu di belakang rumah."
Ayah meraih sebuah pemangkas rambut listrik di atas lemari. Aku tidak pernah tahu dia memiliki hal semacam itu dan meletakkannya begitu saja di atas lemari.
Ketika dia mengurai kabelnya, aku berteriak, "Tidak! Rambutku harus tetap panjang. Putri Kaguya bahkan memiliki rambut yang panjang!"
"Hana-chan, apa kau mau berpisah dengan ayah seperti Putri Kaguya yang berambut panjang itu?"
"Tidak. Tapi aku juga tidak mau dipotong. Mama tidak melarangku. Mengapa ayah," sebuah pukulan keras mengenai batok kepalaku. Itu adalah tangan kanan ayahku yang selalu dia gunakan untuk mengoperasikan mesin pabrik.
Ceritanya, dia selalu menarik tuas yang begitu berat. Tangan itu sangat keras, seperti sebuah bola bisbol milik murid-murid laki-laki yang akan bertanding besok. Aku jatuh tersungkur. Hidungku yang menabrak tatami menjadi berdarah. Aku mulai menitikkan air mata.
Ayah menyeretku dan melemparkanku ke sudut rumah. Aku menahan sakit di wajah, kepala, dan punggungku sambil mengerang dan menangis. Kedua mataku sudah berkaca-kaca sepenuhnya.
Ayah menancapkan kabel alat pencukur itu dan mulai memegang kepalaku. Dengan begitu cepat, dia memangkas bagian kiri kepalaku. Rambut panjang yang selama ini menjadi tanda kecantikanku kini terbaring di tatami, kupingku sedikit tergores.
"Hentikan ayah!"
"Diam!"
Simak Video "Video Lambaian Tangan Jeff Bezos dan Lauren Sanchez di Depan Hotel Venesia"
[Gambas:Video 20detik]