Sepeninggal sastrawan Budi Darma, ada satu warisan karya terakhir yang belum terbit. Warisan dalam bentuk kumpulan cerita pendek atau kumcer itu segera diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada Februari 2022.
Editor bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama, Teguh Afandi, menuturkan manuskrip cerpen berisi 17 cerpen.
"Manuskrip cerpen ini berisi 17 cerpen yang boleh disebut sebagai warisan terakhir Pak Budi Darma. Dikumpulkan dan telah mendapatkan izin terbit oleh pihak keluarga," kata Teguh Afandi saat dihubungi detikcom, belum lama ini.
Buku kumcer yang segera terbit itu bakal berjudul Atavisme atau dalam pengertian adalah corak yang turun temurun.
Menurut penuturan Teguh, Atavisme merupakan salah satu cerpen di dalam buku. Judul Atavisme sengaja dipilih penerbit dan keluarga Budi Darma karena mampu mewakili corak cerpen.
"Cerpen Pak Budi Darma dalam buku ini menyuguhkan pengalaman berhadapan keajaiban cerita yang dipotret Pak Budi," sambung Teguh.
Di dalam buku kumcer Atavisme, Budi Darma kembali menguliti sikap dan psikologi manusia. Cerpen-cerpennya berlatar kota Surabaya era lampau, era kolonialisme, sampai melompat ke masa modern.
"Setiap cerpen memiliki keunggulan dan suara beragam. Jadi setiap pembaca boleh mengidolakan cerpen yang berbeda-beda," kata Teguh.
Sastrawan kenamaan Indonesia ini meninggal pada 21 Agustus 2021. Nama Budi Darma tak asing lagi di dunia sastra Tanah Air. Ia dikenal sebagai cerpenis, novelis, dan esais.
Budi Darma dianggap sebagai pelopor penggunaan teknik kolase, yaitu teknik penempelan potongan iklan bioskop dan tiket pertunjukan dalam karya-karyanya. Teknik itu terlihat salah satunya dalam karyanya yang berjudul Orang-Orang Bloomington maupun Olenka.
Cerpen yang ditulisnya dalam bahasa Inggris juga banyak dimuat di media massa Amerika Serikat. Beberapa novel yang ditulis Budi Darma di antaranya adalah Olenka (1983), Ny. Talis (1996), dan Rafilus (1988), dan kumpulan cerita pendeknya Orang-Orang Bloomington (1980).
Selain itu, ia juga telah menerbitkan beberapa karya esai, yakni Solilokui (1983), Harmonium (1996), dan Fofo dan Senggring (2005).
Baca juga: Sastrawan Budi Darma Meninggal Dunia |
Simak Video "Video: aespa Resmi Comeback dengan Lagu 'Dirty Work'"
(tia/wes)