Bagi Romo Sindhu, celeng yang dilukis oleh Djoko Pekik merupakan karya seni dan bisa diintrepetasikan secara luas.
"Seni jangan dipaksakan pada senimannya lagi, seniman hanya menggambar bagi Pak Pekik ini celeng Purwodadi yang kesasar di alas jati yang diburu oleh penduduk dan sekarang di Gunung Merapi," ucap Romo Sindhu.
"Tetapi karya seni itu bisa seluas mungkin diinterpretasi dan bagi kami ya itu tadi bahwa syukurlah bahwa di Museum Anak Bajang, museum kerakyatan kata Pak Pekik ini bahwa rakyat bersama-sama mematikan nafsu, ambisi, kekuasaan, ketidakjujuran, dan tentu saja korupsi karena percelengan itu terkait dengan itu semuanya itu," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Romo Sindhu berpesan, karya seni ini jangan diperdangkal dengan isu politik. Karena ada makna yang dalam soal celeng itu.
"Saya berpesan betul jangan diperdangkal dengan isu-isu politik yang sekarang karena itu kasihan kami-kami yang betul-betul berbuat dengan kedalaman apa sih sebenarnya celeng itu," pintanya.
"Kalau didangkalkan hanya menjadi isu politik kamu celeng saya bukan, itu sungguh bukan maksudnya. Mari kita merefleksi merenung bahwa di dalam diri kita ada nafsu celeng itu tadi," sambungnya.
Bagi Romo Sindhu, celeng yang dia tulis maknanya tak sedangkal itu. Di dalam manusia, kata Romo Sindhu, terdapat nafsu-nafsu celeng yang serakah dan lain sebagainya.
![]() |
"Celeng yang saya maksudkan itu kalau yang saya tulis itu ya mengenai keserakahan manusia mengenai kesewenang-wenangan kekuasaan, dan itu semuanya punya begitu. Jadi bukan kelompok tertentu atau golongan tertentu tapi seperti yang akhirnya puisi yang saya tulis dinyanyikan Encik itu Lengji Lengbeh itu ya jadi semua kita ini sebenarnya adalah dalam batin kita yang terdalam mempunyai nafsu-nafsu celeng," urainya.
Soal lukisan yang diberikan Djoko Pekik ke Museum Anak Bajang, Romo berharap hal itu bisa menjadi bahan refleksi untuk orang-orang. Agar nafsu angkara celeng bisa musnah.
"Termasuk celeng yang di Merapi. Ya moga-moga itu menjadi tanda bahwa kita, ada baiknya di museum agar orang-orang melihat refleksi mengenai celeng," katanya.
"Seperti yang dikatakan Nietzsche sejauh peradaban ini ada kelihatannya celeng itu akan selalu ada," imbuhnya.
Dalam acara penyerahan lukisan 'Berburu Celeng Merapi' itu juga turut menampilkan tarian celeng yang terinsipirasi dari lukisan Djoko Pekik. Selain itu ada penampilan dari Sri Krisna yang menyanyikan lagu Celeng Degleng dan Asu.
Simak Video " Video: Melihat Patung Biawak di Wonosobo yang Viral gegara Mirip Asli"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/tia)