Novel Anak Bajang Menggiring Angin Terbit Ulang, Sekuelnya Rilis Bersambung

Novel Anak Bajang Menggiring Angin Terbit Ulang, Sekuelnya Rilis Bersambung

Tia Agnes - detikHot
Senin, 27 Sep 2021 15:58 WIB
Novel Anak Bajang Menggiring Angin Terbit Ulang
Sampul terbaru novel Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata Foto: GPU/ Istimewa
Jakarta -

Merayakan hari jadi 40 tahun novel Anak Bajang Menggiring Angin, penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) menerbitkan ulang. Sampul terbaru yang lebih ciamik itu tampak segar dengan kemasan modern.

Editor Sastra Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti menuturkan sampul terbaru dengan latar dominasi warna putih terbit ulang untuk memperingati hari jadi ke-40 tahun Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata.

"Ini salah satu cara kami untuk merawat karya Rama Sindhu, itu menjadi alasan kedua," tuturnya saat Festival Anak Bajang yang digelar secara hibrid, Senin (27/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat penerbitan ulang novel yang rilis tahun 1981, Mirna menegaskan ada pesan khusus kepada pembaca karya-karya Sindhunata.

"Kami ingin memberikan pesan kepada pembaca selalu ada harapan yang akan hadir untuk kita semua misalnya tentang kebebasan," ujar Mirna sambil menunjukkan kutipan yang disukai di dalam novel.

ADVERTISEMENT
Peresmian Museum Anak BajangKarya terbaru Sindhunata Anak Bajang Mengayun Bulan terbit secara bersambung selama 150 hari di Harian Kompas Foto: Tia Agnes/ detikHOT

Dia mengutip salah satu tulisan Sindhunata tentang kebebasan yang menjadi harta berharga bagi rakyat. "Bagi para pemimpin harap hati-hati misalnya saja kasus penghapusan mural. Menurutku buku ini sangat relevan untuk dibaca di masa-masa seperti ini," katanya.

Tak hanya penerbitan ulang Anak Bajang Menggiring Bajang saja, namun sekuelnya yang berjudul Anak Bajang Mengayun Bulan bakal hadir secara bersambung di harian surat kabar Kompas. Selama 150 hari ke depan mulai 27 September, karya terbaru Sindhunata rilis bersambung.

"Saya secara pribadi sungkan ada nama saya jadi cerbung di Kompas selama 150 hari. Saya nulis bolanya di mana, kan kurang enak," ucapnya sembari tertawa.

Pencapaian Sindhunata sampai melahirkan Museum Anak Bajang dan sekuel Anak Bajang Menggiring Angin hari ini, menurut sang novelis merupakan sebuah berkah tersendiri.

"Anak bajang ini siapa banyak yang bertanya. Dia bergerak sendiri," kata Sindhunata.

Baca selengkapnya di halaman berikut soal sekuel novel Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata!

Dia mengutip salah satu filosofi Anak Bajang di dalam novelnya. "Kalau kamu diciptakan sempurna, kamu pilih mana diciptakan sempurna atau tidak? Pasti enak sempurna tapi Anak Bajang yang tidak sempurna merindukan sesuatu yang baik dan bersemangat menuju Maha Sempurna," ucapnya.

Dia pun melanjutkan, "Kita belajar dari Anak Bajang ini, figur jelek, raksasa tapi berbudi luhur, tulus, dan berkorban. Saya kira nilai-nilainya yang membuat Anak Bajang masih relevan."

Para pengamat sastra mengatakan kisah dalam buku Anak Bajang Menggiring Angin merepresentasikan perlawanan mereka yang lemah dan tak berdaya menghadapi absurditas nasib dan kekuasaan.

Dengan imajinasi simbolik dan kaya, makna filosofis yang mendalam dalam buku ini mampu menghidupkan kembali kisah klasik Ramayana dalam bentuk karya sastra.

[Gambas:Instagram]





Simak Video "Video: Luna Maya Nggak Ketinggalan Ikutan Tren Aura Farming"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads