Refleksi Zaman pada Puisi-puisi Sindhunata yang Diangkat dalam Pertunjukan

Refleksi Zaman pada Puisi-puisi Sindhunata yang Diangkat dalam Pertunjukan

Jauh Hari Wawan S - detikHot
Minggu, 02 Feb 2020 09:36 WIB
Pertunjukan yang ditafsirkan dari sebuah teks kumpulan puisi Sindhunata.
Foto: Pertunjukan yang ditafsirkan dari sebuah teks kumpulan puisi Sindhunata. (Foto: Jauh Hari Wawan S)
Sleman -

Dunia sastra dan panggung pertunjukan, masih menjadi idola bagi generasi muda untuk berkarya. Seperti yang dilakukan oleh komunitas Sang Indonesia yang berusaha menampilkan pertunjukan yang ditafsirkan dari sebuah teks kumpulan puisi.

"Sebagai sebuah komunitas yang digawangi anak-anak muda, kehadiran Sang diharapkan mampu menawarkan semangat yang segar dalam berkesenian," ungkap sutradara pertunjukan Muhammad Shodiq Sudarti saat ditemui di Taman Yakopan Oemah Petroek, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Sabtu (1/2/2020).

Selain itu, Sang berupaya untuk menempatkan kesenian bukan hanya sebagai sebuah jalan untuk berekspresi bebas tanpa visi kebudayaan apa pun.

"Kesenian akan menjadi sebuah pergerakan sosial andai mampu mengungkap kondisi masyarakat dan menyampaikan gagasan yang bisa membangun kebudayaan masyarakat yang utuh," jelasnya.


Sang, kata Shodiq, meyakini bahwa pergerakan kesenian dan sastra harus hadir sebagai refleksi sebuah zaman. Oleh karena itu, pembaruan dalam karya sastra adalah hal mutlak.

"Sebab, sastra sebagai ekspresi kebudayaan harus mampu disampaikan dengan cara-cara yang bisa ditangkap oleh zaman," ungkapnya.

Dengan demikian, jarak antara sastra dengan masyarakat dapat dipangkas, sehingga sastra mampu hadir untuk membangun kebahagiaan antarmasyarakat. Artinya ini menjadi refleksi zaman," lanjutnya.

Refleksi Zaman pada Puisi-puisi Sindhunata yang Diangkat dalam PertunjukanFoto: Pertunjukan yang ditafsirkan dari sebuah teks kumpulan puisi Sindhunata. (Foto: Jauh Hari Wawan S)

Pertunjukan ini berangkat dari antologi puisi dan seni rupa yang disusun dan ditulis oleh Sindhunata berjudul 'Air Kejujuran dan Air Kata'.

"Teks puisi tersebut dipilih karena dianggap relevan dengan nilai-nilai yang diusung Sang maupun kondisi sosio-kultural masyarakat saat ini. Teks puisi karya Sindhunata kemudian dialihwahanakan ke dalam berbagai bentuk seni pertunjukan," jelasnya.

Menurut sutradara pertunjukan, Muhammad Shodiq Sudarti, puisi yang kental dengan spirit lokalitas dan imajinasi visual tersebut menarik untuk dituangkan di atas panggung pertunjukan.

"Dalam acara Panggung Sastra Pertunjukan ini, kami ingin menampilkan bentuk-bentuk pertunjukan sastra alternatif seperti menampilkan sastra dengan media pertunjukan monolog, tari, musik, karya audio-visual, pantomime, dan kolaborasi," kata Shodiq.

"Selain itu, kami berharap sastra mampu menjadi pertemuan-pertemuan dengan kesenian lain. Bagi kami, upaya ini akan memberi alternatif dalam mengembangkan sastra di kalangan masyarakat," kata dia menambahkan.

Menurut Shodiq, pertunjukan yang menarik harus berangkat dari pijakan gagasan yang kokoh. "Seni pertunjukan tak hanya hadir sebagai hiburan bagi publik, tetapi juga musti menciptakan percikan-percikan kegelisahan di benak penikmatnya," katanya.

Dengan tajuk Bincang Karya, Shodiq dan kawan-kawan ingin menciptakan ruang alternatif untuk bertukar gagasan dan memantik daya kritis masyarakat terhadap karya sastra dan konsep perkembangan karya sastra melalui seni pertunjukan.

"Oleh karena itu, Bincang Karya ini menghadirkan seniman dan sastrawan, termasuk Sindhunata sebagai penulis puisi-puisi yang kami pentaskan. Kami berharap, akan muncul beragam sisi dan banyak gagasan yang tertuang dalam acara Bincang Karya ini," jelasnya menambahkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Refleksi Zaman pada Puisi-puisi Sindhunata yang Diangkat dalam PertunjukanFoto: Pertunjukan yang ditafsirkan dari sebuah teks kumpulan puisi Sindhunata. (Foto: Jauh Hari Wawan S)

Selain itu, Shodiq berharap bahwa kegiatan bertajuk Panggung Pertunjukan Sastra dan Bincang Karya ini akan terus berlanjut pada edisi-edisi berikutnya. Artinya, Sang Indonesia tak menutup kemungkinan untuk mengangkat karya sastra lain untuk diaktualisasikan ke dalam seni pertunjukan.

"Saya berharap, tajuk ini mampu ikut memberi warna baru dalam pengembangan sastra tulis ke dalam wahana sastra pertunjukan," tutupnya.

Beberapa seniman yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini adalah Muhammad Shodiq Sudarti, Paknyang Kutai, Guntur Nur Puspito, Asita Kaladewa, Kinanti Sekar, Khocil Birawa, Kidjing and The Black Mamba, dan Mathori Briliyan.




(dar/dar)

Hide Ads