Cinta, bagaimana pun bentuknya, adalah sesuatu yang sangat universal. Dia bisa dibentuk menjadi apa saja dan penonton pun siap mengunyahnya dengan senang hati. Kalau ada satu hal yang perfilman Korea paling ahli dalam membungkusnya, itu adalah emosi.
Hampir semua produksi Korea Selatan, entah drama korea, film atau bahkan musiknya, selalu penuh dengan emosi. Saat kita menikmatinya, pasti kita bisa merasakan emosinya.
Dalam Sweet & Sour, kita diajak untuk melihat sebuah cinta yang berevolusi. Ketika yang manis-manis menguap menjadi asam. Ketika cinta tidak lagi ada. Ketika rasa sayang itu sirna. Dulu, Jang Hyeok (Jan Ki-Yong) sangat menyayangi Jung Da-Eun (Chae Soo-Bin). Dulu hidupnya dihabiskan untuk menyenangkan si suster yang pernah merawatnya tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berusaha keras untuk mencari tahu namanya, nomor teleponnya, cara membahagiakannya. Tapi sepertinya sekarang semua itu sudah menghilang.
Jang Hyeok sendiri sebenarnya memang sedang sibuk-sibuknya. Pekerjaannya di kantornya yang baru menyita perhatian. Tidak ada waktu sama sekali untuk bermesraan seperti itu. Kemudian juga ada rekan kerja bernama Han Bo-Yeong (Krystal) yang kelihannya sangat bossy, gemar mengucapkan kalimat-kalimat bahasa inggris dan judes. Tapi tentu saja pepatah "suka karena terbiasa" tidak terbatas hanya di Indonesia saja.
Jang Hyeok menemukan dirinya terpikat dengan Bo-Yeong. Sekarang Jang Hyeok harus menentukan hati mana yang harus dia pilih. Ditulis oleh Lee Gye-Byeok dan Sung Da-Som dari novel Initiation Love karya Kurumi Inui, Sweet & Sour sebenarnya mengikuti semua formula romantic comedy dengan hati-hati. Semuanya ada disini.
Penonton diajak menyaksikan awal mula sebuah hubungan yang manis dan menggemaskan. Bagian ini adalah bagian paling menyenangkan dari Sweet & Sour. Kemudian tentu saja, seiring dengan berjalannya waktu, kehangatan tersebut menguap dan kita menyaksikan bagaimana karakter utamanya mencoba untuk tidak menyakiti siapapun.
![]() |
Sayangnya hal tersebut menjadi membosankan dan hambar karena sutradara Lee Gye-Byeok tidak berhasil membuat saya merasakan patah hati yang harusnya penonton rasakan untuk menikmati Sweet & Sour lebih dalam. Aktor-aktornya sudah bermain dengan lumayan apik.
Tapi chemistry antara satu sama lain memang kurang kuat sehingga emosi bagaimana rasanya ditinggalkan, rasanya dikhianati, rasanya diabaikan kurang begitu terasa.
Sweet & Sour sesungguhnya berhasil kembali menarik perhatian saya dengan twist yang ia sajikan di 10 menit terakhir. Twist ini muncul dengan tiba-tiba sehingga saya tidak percaya menonton film yang sama.
Ending Sweet & Sour begitu tidak terduga sehingga saya langsung fokus dengan apa yang saya tonton dan mengingat-ngingat apa yang terjadi sebelumnya. Jujur, ending film ini memang menyelamatkan Sweet & Sour secara keseluruhan. Tapi kehadirannya terlalu telat untuk menyelamatkan sebuah romcom yang hambar ini.
Dipersembahkan dengan visual yang warna-warni, dengan karakter yang humanis, Sweet & Sour sebenarnya bisa berpotensi menjadi film yang mengoyak-ngoyak hati penontonnya. Tapi sayangnya dia hanya berakhir menjadi tontonan yang mudah dilupakan. Tapi jika Anda butuh tontonan yang tidak perlu mikir serius-serius amat, film ini layak untuk dicicip.
Sweet & Sour dapat disaksikan di Netflix
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(doc/doc)