Hillbily Elegy: Kisah Sendu yang Familiar

Hillbily Elegy: Kisah Sendu yang Familiar

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 27 Nov 2020 08:40 WIB
Hillbily Elegy
Foto: (dok.Netflix)
Jakarta -

Ketika Anda nanti sampai di adegan di mana J. D. Vance (Gabriel Basso) yang deg-degan dinner dengan calon rekan kerja yang penting dimana table manner dianggap sebagai suatu keharusan dan menjadi miskin adalah sarangnya malu, Anda mungkin akan bertanya-tanya, 'Kenapa ini rasanya familiar?'.

'Kenapa sepertinya saya pernah menonton adegan ini?' Anda tidak salah. Momen seperti ini sering muncul di film serupa. Hillbily Elegy bukan pertama yang melakukannya. Diadaptasi dari memoar Vance yang berjudul sama, Hillbily Elegy adalah sebuah biopik mendayu-dayu karya Ron Howard yang diharapkan akan mendapatkan lirikan dari Oscar.

Dilihat dari dua pemain utamanya, Glenn Close dan Amy Adams, lengkap dengan make-up dan wardrobe yang meneriakkan kesan, 'kami real, kami adalah orang biasa dan bukannya aktor Hollywood'. Anda bisa menebak apa yang akan terjadi di film ini. Akan ada tangisan, akan ada teriakan dan tentu saja akhir yang membahagiakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hillbily Elegy didesain untuk membangkitkan emosi dari penonton. Penulis skrip The Shape of Water, Vanessa Taylor, sepertinya menonton banyak episode serial This Is Us untuk mengembangkan Hillbily Elegy. Dengan cara bertutur maju mundur, penonton diharapkan akan dengan mudah menyerap semua emosi dan drama yang akan membangkitkan empati. Kadang kala cara ini berhasil di beberapa adegan tapi gagal untuk menjadikan film ini menarik secara keseluruhan. Karena rasanya terlalu generik.

Vance sekarang kuliah di Yale. Dan dia yang berasal dari keluarga miskin harus memikirkan segala cara untuk membayar uang kuliahnya yang mahal. Di tengah-tengah hari paling penting dalam hidupnya, wawancara pekerjaan yang bisa membawanya ke gaji yang tinggi untuk membayar kuliahnya, Vance mendapatkan telpon dari saudarinya Lindsay (Haley Bennett) bahwa ibu mereka OD.

ADVERTISEMENT

Bisa ditebak, dalam perjalanan Vance ke rumahnya kita mulai melihat kilas balik bagaimana Vance dibesarkan. Penonton diajak untuk bertemu dengan Bev (Amy Adams), ibu Vance yang kadang perhatian, kadang penuh kasih sayang tapi tidak jarang berteriak-teriak dan menjadi orang paling toxic sedunia.

Muncul di layar nenek Vance yang ia panggil dengan sebutan Mamaw (Glenn Close). Mamaw dengan rokok di bibirnya dan suara seraknya adalah sosok yang keras. Apa yang dia ucapkan selalu real. Kedua perempuan ini sudah merasakan berbagai macam asam garam dalam hidup mereka. Dan keduanyalah yang mewarnai hidup Vance dan membawanya ke jalan yang sekarang.

Hillbily Elegy sebenarnya bisa menjadi tontonan yang lebih sedikit ada warnanya kalau saja Ron Howard dan Vanessa Taylor memberikan sedikit sesuatu yang berbeda ke dalam sebuah narasi yang basi ini. Mungkin karena pembuatnya ingin menangkap penonton sebanyak-banyaknya sehingga pandangan politik Vance tidak dimasukkan ke dalam film ini (Vance adalah pendukung Donald Trump).

Padahal kalau dimasukkan mungkin Hillbily Elegy akan sedikit punya edge daripada drama yang medioker. Mungkin hasilnya akan mengalienasi penonton tapi setidaknya rasanya akan menjadi real. Hillbily Elegy tentu saja bukan biopik pertama Howard. A Beautiful Mind dan Rush adalah salah satu hasil karya biopik Howard yang lumayan menghibur.

Kedua film tersebut tidak hanya memberikan pengalaman menonton yang asyik tapi juga drama yang cukupan dan cerita yang baik. Hillbily Elegy tidak bisa dibilang begitu. Cara Howard membuat adegan saja tidak semenarik kedua film tersebut.

Selain kisah tentang ibu Vance yang menjadi pecandu, tidak ada lagi yang membuat Hillbily Elegy menohok. Semuanya terasa generik. Glenn Close dan Amy Adams berakting sesuai dengan apa yang diharapkan dari dua aktor top Hollywood.

Hanya saja skrip yang lemah dan penyutradaraan yang basic membuat mereka berdua harus tampil penuh "akting". Kalau tidak berteriak, penonton tidak akan tahu kalau mereka marah. Kalau ludah tidak muncrat-muncrat, penonton tidak akan tahu bahwa mereka berdua sedang berargumen. Gaya berakting yang tidak halus ini-lah yang mewarnai Hillbily Elegy.

Haley Bennett mungkin satu-satunya yang paling santai di film ini tapi tetap menawan. Gabriel Basso sendiri yang kebagian jatah sebagai Vance dewasa hanya berfungsi sebagai kanvas karena film ini sebenarnya milik Close dan Adams.

Tapi semedioker-mediokernya Hillbily Elegy, film ini tetap nyaman ditonton dari awal sampai akhir. Scoring dari Hans Zimmer dan David Fleming sangat membantu untuk elevate adegan-adegan yang ada.

Dan dengan durasi di bawah dua jam, film ini berjalan mulus tanpa halangan. Kalau saja Howard punya amunisi lebih, Hillbily Elegy mungkin bisa berhasil membuat saya ikutan bersorak gembira seperti Vance di akhir film.

Hillbily Elegy dapat disaksikan di Netflix

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(doc/doc)

Hide Ads