Festival musik Tanah Air kini tengah marak berjalan sepanjang tahun 2022 dan 2023. Sederet rencana para promotor pun sudah dijabarkan.
Mulai dari festival musik metal, indie, jazz, sampai pop pun siap kembali mengumpulkan para penikmat musik.
Namun sayangnya, di balik kesuksesan beberapa dari acara, ada juga festival musik yang nyatanya justru merepotkan penontonnya. Mulai dari yang batal dilaksanakan, sampai yang menyediakan tiket melebihi kapasitas venue.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika diingat lagi, hal itu sempat dialami penonton pada acara musik Berdendang Bergoyang yang sempat dihelat di Istora, Senayan pada 2022. Kala itu, acara tersebut dihentikan pada hari kedua pelaksanaan karena timbul kerusuhan dan korban.
Alhasil, pihak promotor harus menanggung akibatnya dan terjerat hukum sampai sekarang.
![]() |
Beberapa penonton meminta uangnya kembali dan mencaci maki pihak penyelenggara atas hal tersebut.
detikcom kemudian sempat menanyakan hal ini pada beberapa promotor yang dianggap kredibel dan telah sukses menggelar festival musiknya.
Salah satunya Kiki Aulia Ucup atau Ucup selaku Director Boss Creator atau pemilik acara Pestapora.
"Sebenarnya yang tahu kondisi sebenar-benarnya adalah si promotornya. Cuma ya kalau ngomongin merusak industri sih nggak ya, orang malah makin ngekurasi kan. Datang ke konser, ya pada akhirnya memang kredibilitas yang menyelamatkan itu," ujar Ucup pada detikcom.
Ucup melanjutkan, karena beberapa kasus dari festival musik yang mengecewakan publik membuat mereka harus undur diri. Publik pun menjadi semakin pandai memilah dan memilih acara mana yang sebaiknya dikunjungi.
"Ya tidak menjadi masalah ya, itu justru menjadi pendewasaan ke penonton konsernya gitu. Jadi memang pada detail kan sekarang kalau mau nonton konser, nih siapa yang bikin nih. Terus mereka gimana ngatur artisnya, bener apa nggak main di sini gitu," lanjutnya.
Kejadian tak menyenangkan dari festival musik bukan hanya dialami publik terkait kasus Berdendang Bergoyang saja, tetapi yang terbaru ada acara GUDFEST yang sempat disorot publik.
GUDFEST sempat batal dilaksanakan pada 2022 dan hingga kini belum mengembalikan semua uang tiket dari penonton. Padahal festival musik ini tak lama lagi akan menjalankan acara barunya di saat belum mengembalikan uang penonton sejak tahun lalu.
Tentunya kasus ini berkaitan dengan pertanyaan publik soal siapa yang pantas menjalankan sebuah festival musik dengan baik.
Baca juga: 'Jokowi' Manggung di Hari Musik Nasional |
detikcom kemudian mencoba menanyakan hal ini pada Dewi Gontha selaku President Director PT Java Festival Production atau pemilik dari Java Jazz Festival.
Kata Dewi Gontha, menjalani sebuah festival musik harus memerlukan konsep yang kuat dan matang sehingga dapat mengajak banyak orang untuk bekerjasama. Selain itu, ada lisensi dan persyaratan yang harus dilewati oleh pihak penyelenggara nantinya.
"Ini bukan permasalahan siapa yang punya uang dan siapa yang tidak punya uang, kamu harus punya konsep yang matang dan mengajak orang untuk bisa mendukung konsep kamu. Siapa yang berhak memberikan lisensi tentunya pemerintah," ujat Dewi Gontha.
"Jangan langsung senang nih, kemarin bikin 100 ramai nih, bikin 5 ribu deh sekarang. Tapi tidak mengurus atau tidak mengikuti proses yang harus dijalankan," sambungnya.
Dewi Gontha juga menjelaskan lebih lanjut soal peran Asosiasi Promotor Musik Indonesia atau APMI.
Kata Dewi Gontha, APMI terus memberikan informasi mengenai pengadaan acara musik dan perkembangannya. Selain itu APMI juga memberikan waktu untuk orang-orang yang akan belajar dalam mengembangkan kemampuan dalam menjalani sebuah festival musik.
"APMI itu mengikuti perkembangan industri ini khususnya promotor musik Indonesia, jadi siapa yang mau belajar yuk, teman-teman ini siap bantuin dan kasih tau informasinya," tutur Dewi Gontha.
(pig/dar)