Lama tak terdengar kabarnya, Andrea Hirata kembali menerbitkan karya terbaru yang berjudul Brianna and Bottomwise. Novel ke-14 dari penulis tetralogi Laskar Pelangi itu terbit 3 tahun setelah vakum.
Buku yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka itu menceritakan tentang petualangan gitar Vintage Sunburst 1960 dari Freshno, California hingga Kampung Ketumbi di Pulau Senyap, Sumatra.
Gitar yang tergores tanda tangan Bapak dari Segala Bapak Gitaris Rock, Legenda Rock Mati Muda itu mengalami perjalanan panjang dari flea market ke pasar smokel (pasar selundupan). Lalu berpindah tangan dari musisi rock tingkat dunia ke bujang penjual tauco bertelinga kuali yang selalu merasakan kemistri dengan musik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembaca setia buku-buku Andrea Hirata juga bakal terhanyut dengan orkes Melayu yang menjadi ciri khasnya. mulai dari irama Melayu Semenanjung, rebana, hadrah, qasidah, hingga hentakan-hentakan staccato funk rock.
Andrea Hirata menceritakan novel Brianna and Bottomwise pertama ditulisnya dalam bahasa Inggris dan bakal rilis di luar Indonesia dengan judul yang sama.
"Ini juga akan menjadi novel pertama dwilogi Brianna dan Bottomwise," kata Andrea Hirata.
Penulis asal Belitong itu mengatakan menggarap novel dengan tema musik terbilang susah. Dia pun baru menyadarinya setelah mulai mencoba untuk menulis.
"Ternyata memang sulit menulis dengan tema musik itu, membangun karakter fiksi dari karya yang semua orang tahu dan familiar. Ketika ditulis malah seperti artikel di majalah musik. Sekarang mengerti kenapa dosen saya bilang menulis novel dengan tema musik itu susah," kata Andrea Hirata.
Novel ini tercipta dari pengalaman tur buku novel pertamanya The Rainbow Troops, saat menjadi pengarang di IWP, University of Iowa. Book tour yang membawanya berkelana dari kota ke kota di Amerika mulai dari ujung pantai barat hingga ke ujung pantai timur, Kanada, dan Meksiko.
Termasuk ke Mark Twain Museum, Hannibal, Missouri, yang kemudian menginspirasinya untuk mendorong minat baca di Tanah Air dengan mendirikan Museum Kata Andrea Hirata di Pulau Belitung. Museum Kata Andrea Hirata yang berdiri sejak 2009 tercatat sebagai museum literasi pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi hingga kini telah dicetak ulang sebanyak 55 kali dalam waktu 15 tahun sejak pertama kali diterbitkan. Laskar Pelangi telah diterbitkan ke dalam 30 bahasa, diedarkan di lebih dari 140 negara, dan terjual lebih dari 7 juta copy di seluruh belahan dunia.
Pada 2020, Andrea Hirata juga meraih beasiswa pendidikan sastra di International Writing Program, Universitas Iowa, AS dan sejumlah penghargaan lainnya.
(tia/dar)