Serial monolog Di Tepi Sejarah memasuki musim kedua tahun ini. Lima sosok penting bangsa Indonesia yang terlupakan dari ingatan publik kini diperkenalkan kembali oleh Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media yang bekerja sama dengan Direktorat Perfilman dan Media Baru Kemendikbudristek.
Para tokoh yang dihadirkan adalah Sjafruddin Prawiranegara (1911-1989) yang dikenal sebagai Gubernur Bank Indonesia sekaligus Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia atau PDRI, fotografer profesional Kassian Cephas (1845-1912), Gombloh atau pencipta Lagu Kugadaikan Cintaku (1949-1988), Ismail Marzuki seorang komponis besar (1914-1958), dan Emiria Soenassa yakni pelukis pertama di Indonesia (1895-1964).
"Ide ini bermula saat pandemi ketika semua gedung pertunjukan tutup dan adanya pembatasan, kita bertolak dari yang ada, dan menyusun tim seadanya," pendiri Titimangsa Foundation sekaligus produser pementasan Di Tepi Sejarah, Happy Salma, saat jumpa pers di Creative Hall M Bloc Space, Jakarta Selatan, Senin (15/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesuksesan tahun lalu membuat tim melanjutkan kembali serial monolog Di Tepi Sejarah. Menurut Happy, pihaknya tidak hanya ingin menyampaikan para tokoh yang berada di tepi sejarah saja.
"Di Tepian Sejarah adalah ruang belajar dan berdiskusi. Bukan hanya untuk mengenal sosok dalam dinamika kebangsaan ini. Tapi juga melibatkan seniman lintas profesi," sambung Happy Salma.
![]() |
Ada 5 tokoh yang ditampilkan dengan 5 episode pertunjukan yang bakal ditayangkan di Indonesiana TV dan YouTube Budaya Saya mulai 17 Agustus. Episode pertama ada Kacamata Sjafruddin yang disutradari oleh Yudi Ahmad Tajudin, naskah ditulis Ahda Imran, dan diperankan oleh Deva Mahendra.
Esok harinya, ada Mata Kamera yang disutradarai dan diperankan oleh M N Qomaruddin yang mengisahkan perjalanan hidup Kassian Cephas.
"Saya baru menenal Kassian Cephas di tahun 2011 saat sedang menyutradarai pertunjukan. Cephas banyak yang mengira 'orang luar' tapi ternyata seorang Jawa cendekia yang menguasia 4 bahasaa. Gagasannya di bidang fotografi bakal ditampilkan dalam monolog ini," katanya.
Pada 24 Agustus, episode Panggil Aku Gombloh yang disutradarai Joind Bayuwinanda dan diperankan Wanggi Hoed bakal tayang. Pada 25 Agustus, ada Lukman Sardi yang bakal berperan dalam monolog Senanung di Ujung Revolusi tentang komponis Ismail Marzuki.
Episode kelima ada sosok Emiria Soenassa yang diyakini sebagai pelukis perempuan pertama di Indonesia. Sosoknya diperankan oleh Dira Sugandi yang disutradarai oleh Sri Qadaratin. Penulis naskah Felix K Nesi asal Kupang mengatakan minimnya sumber riset menjadi tantangan bagi garapan kali ini.
"Datanya sudah minim dan beda suara. Ada orang yang masih hidup dan mengenal Emiria Soenassa ketika masih kecil tapi ingatan mereka kabur. Dia merupakan pelukis perempuan yang hebat dan dekat dengan gerakan revolusioner. Dalam sejarahnya, pekerja budaya juga bagian dari pahlawan bukan hanya memegang senjata," pungkasnya.
Menutup jumpa media, Happy Salma berharap agar serial Di Tepi Sejarah bakal ada musim ketiga dan seterusnya, serta berkolaborasi dengan lebih banyak seniman.
"Tahun depan kami sudah menyiapkan beberapa nama, sudah riset, dan ibaratnya tinggal 'menggorengnya' saja, tapi sekali lagi masih butuh banyak peleburan. Semoga juga bisa membawanya tur keliling daerah dan membuka banyak diskusi," pungkasnya.
(tia/wes)