Titimangsa Foundation kembali menghadirkan serial monolog Di Tepi Sejarah bagian kedua, usai sukses di tahun lalu dengan musim pertama.
Di Tepi Sejarah merupakan seri monolog yang menceritakan berbagai tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah. Namanya mungkin saja kurang dikenal maupun diketahui karena tersisihkan dari catatan dan nama besar lainnya.
Pendiri Titimangsa Foundation sekaligus produser pementasan, Happy Salma mengatakan di bagian pertama ada banyak apresiasi dari masyarakat umum, guru, dan pelajar, yang membuat Titimangsa kembali membuat bagian kedua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada banyak sekali tokoh-tokoh yang perlu kita saksikan pergulatan dan perjuangannya. Suatu potret bagi kita untuk melihat sisi kemanusiaan dan menstimulasi kita agar lebih matang dalam menyikapi arus informasi yang serba cepat tapi mengabaikan unsur kebenaran," kata Happy Salma.
Melalui serial monolog Di Tepi Sejarah, Happy Salma menegaskan adalah cara Titimangsa untuk melawan hoax dari banyaknya sejarah yang simpang siur.
Produser Di Tepi Sejarah dari KawanKawan Media, Yulia Evina Bhara, menambahkan dengan dipentaskan dan ditayangkan bagian kedua semoga dapat menjembatani pertemuan antar tokoh sejarah kita dengan penonton generasi muda.
Pada 2021, monolog Di Tepi Sejarah mengangkat kisah perjalanan empat tokoh sejarah. Ad Muriel Stuart Walker yang mengganti namanya menjadi Ketut Tantri, Riwu Ga seorang mantan pelayan, pengawal, dan sahabat Bung Karno, kisah seorang perempuan tua Tionghoa bernama The Sin Nio alias Moechamad Moechsin, dan Amir Hamzah yakni sastrawan yang hidup di masa terjadinya revolusi sosial di Indonesia.
Di musim kedua, ada kisah tentang Sjafruddin Prawiranegara, Kassian Cephas yang dikenal fotografer profesional pertama di Hindia Belanda, dan musisi Gombloh.
(tia/dal)