Teater Koma merayakan 44 tahun berkarya melalui film dokumenter berjudul Catatan Tanpa Selesai tepat pada 1 Maret 2021. Dokumenter karya sutradara George Arif itu dibuat selama 8 tahun lamanya.
Sejak tahun 2012, setelah menggarap film dokumenter aktris senior Teater Koma Rita Mona, George Arif terpikir untuk menggarap karya lainnya.
Selama 8 tahun, George Arif berhasil mengumpulkan 180 jam footage. Mulai dari kehidupan belakang panggung, perpustakaan, ruang kerja sampai ruang pribadi dari pendiri Teater Koma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ikuti Mas Nano. Beliau living legend. Sayang banget kalau tidak dibuatkan dokumenter. Akhirnya berkembang jadi proses pengarsipan. Seperti namanya Teater Koma, tidak pernah berhenti terus," terang George Arif saat diskusi publik Catatan Tanpa Selesai secara streaming, Senin (1/3/2021) malam.
Selama membuat dokumenter, George Arif juga pernah mendapatkan beasiswa dari Kedutaan Besar Filipina. "Kami dua kali ke Manila, jadi dapat dukungan juga dari proses itu saya melihat lebih dalam lagi soal proses kreatif Teater Koma," lanjutnya.
Menurut George Arif, Teater Koma yang menjadi salah satu kelompok teater tertua di Indonesia adalah harta karun yang tak terhingga.
"Buat saya Teater Koma gila itu, 5 bulan latihan lalu pentas. Kayaknya aku kalau syuting nggak sesabar itu. Teater Koma konsisten latihan selama 5 bulan lalu pentas dua minggu. Itu terus nggak berhenti," kata George Arif.
Nantinya, setelah sukses penayangan dokumenter Catatan Tanpa Selesai, George Arif merencanakan membuat trilogi yang menjadi karya ketiga. Rencananya, karya ketiga tersebut berjudul Catatan Harapan dan hadir dalam bentuk buku.
Sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, Nano Riantiarno, pun mengapresiasi film dokumenter tersebut. Ia menyebut filmnya sangat luar biasa di tengah gempuran pandemi COVID-19 yang menerjang Indonesia.
"Mudah-mudahan bisa dilihat orang lain untuk melihat lagi Teater Koma secara lebih lengkap," harap Nano Riantiarno.
(tia/dar)