Pandemi COVID-19 membuat sejumlah industri menyiasati berbagai cara agar acaranya tetap berjalan. Pada 8 Agustus hingga 10 Oktober 2020, ARTJOG menggelar edisi khusus yang mengusung tema Resilience.
Sebelumnya Heri Pemad Manajemen selaku inisiator ARTJOG sempat mengumumkan untuk menunda pameran seni. Penyelenggara ARTJOG mempublikasikan informasi penundaan ke tahun 2021.
Tapi masa pembatasan sosial saat pandemi Corona tak membuat seniman berhenti berkarya. Pemanfaatan teknologi digital pun dimaksimalkan oleh para pekerja seni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur ARTJOG, Heri Pemad, menuturkan krisis yang belum usai karena COVID-19 membuat para pekerja seni terus bergerak.
"Kami memberanikan diri untuk menyelenggarakan lagi bukan karena latah untuk mengikuti kebiasaan baru (new normal). Festival tahun ini tidak hanya didasari keinginan untuk bangkit, tapi upaya untuk menguji kembali ketahanan kita, melihat lagi apa-apa yang sudah kami capai sebagai festival yang sudah 12 tahun berjalan," ungkap Heri Pemad, dalam siaran pers yang diterima detikcom, Senin (13/7/2020).
Heri Pemad mengatakan edisi khusus Resilience yang digelar pada Agustus ingin melihat apa yang bisa di tengah situasi COVID-19.
![]() |
"Kami harus bisa beradaptasi dengan berbagai keadaan, bahkan di masa sulit sekalipun," sambungnya.
Kurator ARTJOG, Agung Hujatnikajennong, mengatakan edisi khusus ARTJOG Resilience tidak hanya menawarkan refleksi artistik saja. Tapi juga menghadirkan semua potensi yang dimiliki ekosistem seni rupa di Indonesia.
"Inspirasi utama untuk tema resiliensi atau ketahanan ini adalah berbagai kerja artistik dan sosial yang dilakukan para seniman di masa pandemi. Banyak seniman bergerak ulang alik tapi tetap terlibat secara sosial dengan masyarakat," tutur Agung Hujatnikajennong.
(Baca halaman berikutnya)
Simak Video "Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]