Jajaran sosok mengenakan rompi pelampung ada di antara lukisan-lukisan berukuran kecil milik Nesar Eesar. Di bagian bawah lukisan, ada kaligrafi Arab yang memuat puisi maupun kutipan-kutipan.
Sosok yang digambarkan oleh seniman Nesar Eesar selalu ada dalam setiap karya yang dibuatnya. Mereka juga mengenakan rompi pelampung berwarna kuning seperti siap terombang-ambing di lautan atau pergi ke tempat lainnya.
Dalam lukisan lainnya yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Nesar Eesar menghadirkan buah delima sebagai lambang harapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikcom, Nesar Eesar menceritakan perang di negaranya sudah terjadi lebih dari puluhan tahun yang lalu. "Jadi sebenarnya konflik itu satu-satunya yang kita (bicarakan) agar berusaha untuk selesai (damai)," jelasnya.
Dia pun melanjutkan, "Sebelum membuat seri karya Eternal Waiting atau Penantian Abadi, dari saya lahir samapi usia 35 tahun atau setiap warga negara Palestina atau dari mana pun, mereka menunggu perdamaian itu datang, menunggu perang berakhir sementara perang terus berlanjut."
Melalui karya-karya yang diciptakannya, Nesar menegaskan tetap berusaha menyuarakan perdamaian.
"Saya berusaha menyuarakan perdamaian supaya ada damai dan tidak ada yang menderita lagi karena perang," tegasnya.
Ke depannya, Nesar tetap bakal mengeksplorasi isu-isu kemanusiaan termasuk pengungsi ke dalam karyanya. Karyanya pun tetap memasukkan kaligrafi Arab.
"Kaligrafi ini ada puisi dan kutipan-kutipan yang saya tulis di sana, semacam doa. Saya punya harapan supaya perang ini berakhir, agar bisa lepas dari ambiguitas," pungkasnya.
(tia/wes)