Sejak ratusan tahun yang lalu, Afghanistan dikenal sebagai 'jembatan' yang menghubungkan antara Asia Selatan, Asia Tengah, dan Asia Barat. Daratan yang juga disebut sebagai tanah air bangsa Afghan masih berkonflik sampai saat ini hingga membuat jutaan warganya pergi dan mengungsi di berbagai negara.
Nesar Eesar adalah salah satunya. Sejak kecil, ia sudah tinggal di rumah pamannya di Pakistan dan mulai ke Indonesia dari 12 tahun yang lalu. Dia memulai pendidikannya di jurusan Seni Rupa di ISI Yogyakarta lalu mengambil gelar magister di ITB, Bandung.
Nama Nesar Eesar semakin mencuat usai pameran tunggalnya Ambiguous Journey: Poetic Limbo sukses diselenggarakan di Lawangwangi Creative Space, Bandung, pertengahan 2023. Di penghujung tahun lalu, Nesar turut memamerkan serangkaian seri karyanya di Galeri Nasional Indonesia dalam eksibisi kolektif bertajuk Pascamasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal berkarier sebagai seniman profesional, Nesar mengangkat isu sosial tentang pengungsi yang juga bermula dari pengalaman personal.
"Tentunya (semua karya seni) saya dari pengalaman personal. Sebagai orang Afghanistan, saya punya pengalaman mengungsi dan menjadi seorang pengungsi. Keluar dari negaranya," buka Nesar Eesar saat mengobrol dengan detikcom di Galeri Nasional Indonesia, pada 20 Desember lalu.
Nesar Eesar menceritakan sejak kecil tinggal di rumah pamannya di Pakistan. Ketika masuk ke ITB, dia pun mulai kembali merenungi kehidupannya terdahulu.
"Semacam ada trauma juga tinggal di Pakistan, tanpa ada kejelasan kapan pulang. Ada rasa kangen sama keluarga," tuturnya.
Isu tentang pengungsi dan kemanusiaan, lanjut dia, menjadi gagasan penting bagi setiap manusia.
Baca juga: 10 Peristiwa Culture Terhot 2023 |
"Semakin ke sini, ada semakin banyak perang, pengungsi semakin banyak. Mereka juga manusia, mau kehidupan yang normal. Perlu kita menghentikan perang dan hidup dengan damai," tegasnya.
Nesar Eesar yang kerap menghadirkan lukisan dan karya seni grafis yang penuh dengan simbol dalam estetika post-tradition yang dapat dikaji melalui ikonografi, etnografi, dan antropologi.
Bagaimana cerita perjalanan kreatifnya? Simak artikel berikutnya.
(tia/wes)