Agus Suwage jadi salah seorang saksi atas peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Berada di masa transisi ketika Orde Baru tumbang dan menuju Reformasi, momen kelam yang terjadi di Indonesia itu mempengaruhi dirinya sebagai seorang perupa.
Dia melihat langsung pergolakan politik dan sosial menjelang peristiwa tersebut. Kepada detikcom, Agus Suwage mengatakan situasi politik saat itu menjadi ide bagi karya-karyanya.
"Politik membuat saya jadi punya ide, ada hal mengganjal yang jadi uneg-uneg. Saya bersuara lewat seni rupa. Karena apa-apa dipolitisasi, politik identitas, dan lain-lain, yang saya sebenarnya muak," katanya di Museum MACAN, kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Self Potrait ala Agus Suwage |
Meski Agus Suwage mengatakan tidak ingin karyanya terhubung dengan masalah politik, namun tiba-tiba saja keluar dengan sendirinya.
"Kebanyakan ganjel sepertinya," ucapnya sembari tertawa.
Lulusan Studi Desain Grafis di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menuturkan suaranya yang dikeluarkan melalui seni rupa agar katarsis di dalam dirinya keluar.
![]() |
"Sebenarnya saya berkarya itu supaya ada katarsis keluar, kalau nggak, mungkin saya bisa gila karena mikirin ini itu. Katarsis buat lampiaskan kekesalan saya," katanya.
Setelah bekerja sebagai desainer grafis di Jakarta, Agus Suwage bersama istrinya Titarubi yang juga perupa memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta pada 1999. Selama lebih dari 30 tahun, Agus Suwage menciptakan sejumlah rangkaian karya.
Di antaranya ada lukisan, karya seni instalasi, patung, dan gambar. Selama perjalanan berkaryanya, terlihat komitmen yang kuat untuk mengeksplorasi individu dan hubungannya yang rumit dengan masyarakat dan politik. Hal ini terlihat dari eksplorasi lewat simbol-simbol populer, mitologi, dan juga potret diri.
Setelah memutuskan menjadi seniman fulltime, Agus Suwage mengatakan di hal-hal tertentu tetap bekerja sesuai struktur seorang desainer grafis.
"Saya bekerja nggak melulu intuitif atau ide entah dari mana datangnya. Tapi bekerja dapat ide, buat sketsa, baru diaplikasikan bikin karya," tukasnya.
Agus Suwage menggelar pameran tunggal perdananya di Galeri Cemeti, Yogyakarta, pada 1995. Dari situ, karya seni ciptaannya dikenal secara global dan mendunia. Termasuk 'The 2nd Asia Pacific Triennial of Contemporary Art' di Queensland Art Gallery, Australia (1996), 'The Sixth Havana Biennial' di Kuba (1997), 'AWAS! Recent Art from Indonesia' yang juga dipamerkan di Australia, Jepang, Jerman, dan Belanda (1999-2002).
Baca berita selanjutnya soal proses kreatif perupa Agus Suwage.
(tia/dar)