Theresia Agustina Sitompul tengah menggelar pameran tunggal Kembara Biru di ruang seni anak UOB Museum MACAN. Eksibisi yang berlangsung sampai 6 bulan ke depan itu menampilkan karya instalsi satu ruangan penuh dengan teknis seni grafis.
Uniknya, karya tersebut menjadi hal yang tak biasa karena dibuat khusus untuk pencinta seni anak-anak.
Setelah Kembara Biru, apa yang bakal dilakukan oleh pendiri studio kolektif Grafis Minggiran asal Yogyakarta tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mau buat buku seni grafis, karena yang ada sekarang ini masih kurang sekali ya menurutku," ungkap Tere kepada detikcom.
Menurut Tere, buku seni grafis yang bertujukan kepada pendidikan masih terbilang hitungan jari. Latar belakangnya yang sebagi profesi pengajar juga membuatnya tergerak untuk membuat buku tersebut.
"Gemes ya, karena saya latarnya pendidik kali ya. Buat akun YouTube juga biar mempopulerkkan seni grafis dengan cara sederhana," katanya.
"Untuk teknis-teknisnya sih sudah mulai ada dan banyak disesuaikannya ya. Itu juga yang membuat kami membuat studio Grafis Minggiran. Untuk membeli material yang ada di sini," sambungnya.
Karya Tere pertama kali dipamerkan pada 2000 dalam pameran bersama di Sanggar Caping, UNNES, Semarang. Di 2004, karya Tere pertama kali dipamerkan di luar negeri pada pameran bersama Guest Country Lessedra 3rd Annual Mini Print di Sofia, Bulgaria.
Pada tahun yang sama, Tere mengadakan pameran tunggal untuk pertama kali dengan judul Yearning di Via-Via Cafe Yogyakarta. Dalam pamerannya Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu pada 2014, menggunakan karbon sebagai pengganti tinta cetak untuk menghasilkan relief dari barang-barang miliknya.
Theresia Agustina Sitompul telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran nasional dan internasional, termasuk di 16 Albermarle Australia (2020), Galeri Nasional Indonesia (2019), ARTJOG (2014, 2016, 2018) dan Biennale Jogja XI (2011). Ia adalah pemenang Young Artist Award di ARTJOG 2013 dan finalis Sovereign Asian Art Prize 2013.
(tia/dal)