Mural 'Tuhan Aku Lapar' Dinilai Provokatif, Begini Respons Para Seniman

Spotlight

Mural 'Tuhan Aku Lapar' Dinilai Provokatif, Begini Respons Para Seniman

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 24 Agu 2021 17:30 WIB
Grafiti Tuhan Aku Lapar di Tigaraksa, Tangerang, sebelum dihapus petugas
Foto: Grafiti 'Tuhan Aku Lapar' di Tigaraksa, Tangerang, sebelum dihapus petugas (Dok.istimewa/Instagram)
Jakarta -

Ada banyak cerita di balik pembuatan mural 'Tuhan Aku Lapar' yang dibuat oleh komunitas pegiat grafiti HSC Forum. Komunitas yang berdomisili di kota Tangerang itu mengatakan satu hal yang dibeberkannya kepada detikcom.

Menurut penuturan anggota HSC Forum, Ohaiyoh, yang membuka suara tentang 'Tuhan Aku Lapar' mengatakan karyanya bersama teman-teman komunitas dinilai mengandung kalimat provokatif.

"Kami dimintai keterangan di kepolisian karena mereka menganggap mural kami mengandung kalimat provokatif karena terdapat tanda seru di belakang kalimat," kata Ohaiyoh kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal perkataan (mengandung kalimat provokatif), lanjut dia, terbilang lucu.

"Mereka sebenernya paham atau nggak ya sama tanda baca. Kayaknya mereka belum bisa membedakan antara kritik atau harapan," ucapnya.

ADVERTISEMENT
HSC Forum, Pembuat Mural Tuhan Aku LaparHSC Forum, Pembuat Mural Tuhan Aku Lapar Foto: HSC Forum/ Pribadi

Dari situ, teman-teman HSC Forum justru membuat pertanyaan ke diri sendiri.

"Hehehe... jadi dari kami malah jadi bikin pertanyaan sendiri ke aparat sama perangkat pemerintahan, sebenarnya mereka itu paham nggak sih definisi dari vandalisme," katanya sembari tertawa.

Di hari yang sama ketika mural 'Tuhan Aku Lapar' itu viral, ada demonstrasi dari aktivitas mahasiswa di kota Tangerang, Banten. "Jadi mural kami dikait-kaitkan karena keadaan semuanya pada sensi. Demonya tentang bansos, kami ngebuat mural dengan kalimat seperti itu, dan beberapa saat setelah itu ada yang terungkap korupsi dana bansos di Tigaraksa," lanjut Ohaiyoh.


Ide Pembuatan Mural 'Tuhan Aku Lapar'

Pembuatan mural 'Tuhan Aku Lapar' bermula dari ide HSC Forum yang ingin membuat karya tentang situasi Indonesia saat ini. Kalimat itu mewakili aspirasi karena publik banyak yang terdampak dari segi ekonomi, sandang, maupun papan, karena pandemi yang tak kunjung usai.

"Bagaimana banyak orang yang harus bertahan sekuat tenaga sampai tak sedikit yg harus merelakan kehilangan keluarganya," ungkap anggota HSC Forum, Ohaiyoh.

Pada 17 Juli malam hari, HSC Forum pun memilih lokasi yang sudah biasa menjadi tempat menggambar.

"Di pertigaan Katomas, Tigaraksa. Dimana tempat tersebut kami anggap tempat strategis untuk menyuarakan aspirasi kami melalui karya, tanpa harus berbondong-bondong membuat kerumunan di jalan," katanya.

Di malam itu juga, mural pun selesai digarap oleh anggota forum. Beberapa hari berikutnya ketika selesai diunggah dan viral, malam itu juga muralnya dihapus aparat.

"Tengah malamnya anggota kami ada yg disambangi rumahnya untuk diminta datang ke Polsek untuk membuat keterangan. Beberapa dari kami datang ke Polsek setempat, sekitar 5-6 orang anggota HSC. Mulai jam 11 malam sampai jam setengah 3 pagi kami di Polsek dan disuruh membuat video untuk klarifikasi, katanya hanya untuk arsip kepolisian saja," katanya.

Tapi dari arsip itu ternyata dipublikasikan ke media, lanjut Ohaiyoh, seakan narasinya adalah HSC Forum melanggar kejahatan. Esok harinya, dua orang anggota didatangi perangkat desa dengan dalih ada bantuan sosial (bansos) dan didokumentasikan.

"Kelanjutannya seperti yang sudah banyak media memberitakan bahwa aparat memberikan bansos seakan-akan kami yang merasa kelaparan. Kejadian ini membuat kami sebagai seniman sangat tertekan karena merasa disudutkan," tukas Ohaiyoh.

[Gambas:Instagram]





Simak Video "Perempuan Peru Tampilkan Mural untuk Tradisi Budaya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads