Sapardi Djoko Damono Tulis Sosiologi Sastra, Karya Nonfiksi yang Terakhir

Spotlight

Sapardi Djoko Damono Tulis Sosiologi Sastra, Karya Nonfiksi yang Terakhir

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 21 Jul 2020 14:36 WIB
Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono Tulis Buku Nonfiksi soal Sosiologi Sastra Foto: @sastragpu/ Sapardi Djoko Damono
Jakarta -

Tak hanya buku kumpulan sajak kepada istri tercinta saja, Sapardi Djoko Damono juga menulis nonfiksi. Buku ini menjadi warisan terakhir yang ditulis Sapardi Djoko Damono sebelum meninggal pada 19 Juli 2020.

Sapardi Djoko Damono meninggal setelah keluar-masuk rumah sakit setelah kondisi kesehatannya menurun selama dua tahun belakangan.

Buku nonfiksi Sosiologi Sastra saat ini sudah masuk ke meja redaksi penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU). Editor Sastra GPU, Mirna Yulistianti, menuturkan Sapardi Djoko Damono sudah mengirimkan naskahnya lebih awal ketimbang buku kumpulan puisi berjudul Mboel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Buku Sosiologi Sastra dikirim lebih awal kepada saya, desain sampulnya sudah jadi, dikerjakan oleh seniman Alit Ambara. Bapak suka dengan salah satu gambarnya Alit Ambara di Instagram," terang Mirna, ketika dihubungi detikcom, Selasa (21/7/2020).

Buku-buku Sapardi Djoko DamonoBuku-buku Sapardi Djoko Damono Foto: Tia Agnes/detikHOT

Sosiologi Sastra memuat beragam teori sastra menurut Sapardi Djoko Damono. Mirna menjelaskan di dalam bukunya ada teori sastra yang berhubungan dengan lingkungan, masyarakat, serta kondisi sosial budaya politik yang terjadi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Bukunya juga bagaimana penulis terpengaruh akan hal itu dalam berkarya," sambungnya lagi.

Sejak tahun 2013, buku-buku Sapardi Djoko Damono diterbitkan oleh GPU. Setelah 7 tahun bekerja sama, sudah ada 25 buku yang rilis dan cetak ulang.

Sosiologi Sastra pun menjadi buku nonfiksi ketiga yang diterbitkan oleh GPU, setelah buku Mereka Bilang Begini Begitu dan Alih Wahana.

Menurut Mirna, buku-buku Sapardi Djoko Damono mudah dialihwahanakan menjadi bentuk adaptasi apa pun. Misalnya saja puisi Hujan Bulan Juni yang diadaptasi menjadi musikalisasi puisi, novel trilogi, layar lebar sampai colouring book atau buku bergambar.

Buku kumcer Sapardi Djoko Damono 'Menghardik Gerimis'Peluncuran kumcer Sapardi Djoko Damono 'Menghardik Gerimis' bersama Editor Sastra GPU, Mirna Y Foto: GPU/ Istimewa

"Saat kami merilis versi hardcover buku puisi Hujan Bulan Juni sampai sekarang sudah 15 kali cetak. Novel trilogi Hujan Bulan Juni, Pingkan Melipat Jarak, dan Yang Fana Adalah Waktu, saya katakan bagus sekali ya," tukasnya.

Sapardi Djoko Damono yang lahir di Solo, 20 Maret 1940 meninggal banyak karya bagi pencinta sastra. Buku puisinya yang rilis, di antaranya adalah Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), duka-Mu Abadi (1979), Perahu Kertas (1984), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-Ayat Api (2000), Mata Jendela (2001), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Kolam (2009), Namaku Sita (2012) hingga Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012).

Simak artikel berikutnya.




(tia/doc)

Hide Ads