Bagi kamu yang gemar membaca komik di Instagram, ada banyak cerita bergambar digital yang berseliweran. Berbagai komik digital menghiasi timeline media sosial Instagram, salah satunya adalah akun @ngomikmaksa.
Akun Instagram @ngomikmaksa tak sekadar komik digital seperti kebanyakan karya lainnya. Komik yang berdiri sejak 2015 dibuat oleh pria asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang bernama Abdi Rahman.
Kepada detikcom, Abdi menceritakan komik buatannya berbeda dari karya-karya lainnya yang menjamur di media sosial. Ia menyentil berbagai isu politik hingga sosial yang terjadi di Indonesia, bahkan beberapa karyanya kerap menyindir dengan 'pedas'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari-hari kita nonton televisi, melihat ada banyak pemberitaan sosial, budaya, politik, dan yang paling dekat dengan kita semua adalah isu-isu itu. Politik juga berita yang sering kita lihat di televisi, online, atau media mana pun," tutur Abdi ketika dihubungi detik.com, belum lama ini.
Pencipta @ngomikmaksa menceritakan di tahun 2015 ia membuat komik untuk kampanye Hak Asasi Manusia (HAM) di Yogyakarta. Saat itu, ada acara untuk mengenang korban pelanggaran HAM dan Abdi memutuskan untuk menggambar Wiji Thukul.
Komik pertama yang membawa sosok penyair asal Solo, Wiji Thukul, itu tak disangka, membawa Abdi kepada penjelajahan lainnya. Dia meraih juara dua tingkat nasional.
Dari situ, kiprah menggambarnya terus ditingkatkan. Abdi pun mengikuti kelas bikin komik dan mulai percaya diri untuk membuat akun Instagram khusus karya komiknya.
"Awalnya isu-isu HAM, tapi akhirnya bikin gambar kritikan-kritikan lainnya. Trus, teman ngajak bikin komik di poliklitik bareng 3 ilustrator lainnya di website," ceritanya.
Sebagai seorang komikus, Abdi terbilang otodidak belajar bikin komik. Ia mengaku sama sekali tidak mengenyam pendidirkan Seni Murni, Desain Komunikasi Visual (DKV) maupun jurusan seni lainnya.
Pria yang kini bekerja di bidang jasa di Banjarmasin itu juga menyebut komik merupakan wadah untuk berekspresi, sama halnya dengan dunia stand-up comedy.
"Komik itu bermula dari keresahan, orang susah ngomong, media lainnya bisa lewat gambar. Media untuk berekspresi," lanjut Abdi.
Simak artikel berikutnya di spotlight culture hari ini.
(tia/doc)