Cerita Mistis di Salah Satu Instalasi Hanafi

Spotlight

Cerita Mistis di Salah Satu Instalasi Hanafi

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 02 Mar 2016 13:50 WIB
Cerita Mistis di Salah Satu Instalasi Hanafi
Foto: Tia Agnes
Jakarta - Salah satu dari 9 karya seni instalasi ciptaan perupa Hanafi, ada satu kisah mistis terselip di dalamnya. Percaya atau tidak, ceritanya terdapat di dalam seni instalasi yang berjudul 'Error + Noise' yang dipajang di bagian belakang Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.

Pria yang menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Yogyakarta pada 1976-1979 menceritakan kisahnya. "Ini menjadi salah satu cerita menarik saat proses pengerjaan selama lima bulan itu," katanya ditemui di sela-sela pembukaan di Galeri Nasional Indonesia (GNI), Selasa (1/3/2016).

Baca Juga: Lewat Pintu Belakang, Menelusuri Akar Jawa di Pameran Tunggal Hanafi

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanafi yang mengerjakan proyeknya bersama dengan tukang las besi yang membantunya membuat 'Error + Noise' menceritakannya. Setiap kali mengerjakannya dan sampai pukul 02.00 WIB, para tetangganya mendengar suara-suara aneh.

Ada perempuan dan anak kecil tengah menangis dan suara-suara berisik yang tak dikenal dari mana asalnya. "Katanya ada banyak suara berisik. Orang kampung jadi bingung, padahal di dalam nggak terjadi apa-apa. Mungkin ini sedikit horor," tutur Hanafi.

Karya seni instalasi tersebut menggambarkan pandangannya tentang sejarah penjajahan Indonesia. Serta perspektif melihat peristiwa Tragedi 1965. Selama 3 tahun, korban yang jatuh jumlahnya enam kali lipat menjadi momok sejarah yang mengerikan bagi Indonesia.

Simak: Perupa Hanafi Gelar Pameran 'Pintu Belakang | Derau Jawa'

"Apakah sejarah tiba-tiba menjelma menjadi seorang 'fiksi' ketika mencoba membangun perspektifnya dalam melihat sejarah. Generasi masa depan jangan sampai menjadi generasi yang autis terhadap sejarahnya sendiri," tulis Hanafi di penjelasan karya.

Pameran tunggal 'Pintu Belakang | Derau Jawa' berlangsung sampai 15 Maret mendatang dan disertai dengan berbagai program pendamping lainnya. Di antaranya lokakarya dan diskusi bersama Riyadhus Shalihin (Bandung), Stanislaus Yangni (Yogyakarta) dan Agung Hujatnikajennong (fasilitator) di Ruang Serba Guna, Galeri Nasional Indonesia, 2 Maret 2016 pukul 15.00-18.00 WIB.

(tia/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads