Jakarta -
Pada era awal 2000-an, sebelum maraknya konser dan festival musik seperti saat ini, pentas seni (pensi) sekolah dan kampus menjadi hiburan utama anak-anak muda.
Sejumlah sekolah bahkan menjadi pentas seni sebagai ajang menunjukkan diri dan identitas sekolahnya. Beberapa pensi bahkan diadakan di lokasi dengan kapasitas besar dan mendatangkan bintang tamu kenamaan.
Berbagai band yang lahir pada era itu dan menggarap musiknya secara independen menjadi primadona pentas seni pada masanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama-nama seperti The Trees and the Wild, The Upstairs, The Adams, Club 80s, Naif, Killing Me Inside, Pee Wee Gaskins hingga bahkan Hivi! dan lain-lain menjadi penampil yang tak asing dalam sebuah pensi.
Tak sedikit pula pentas seni yang berhasil melambungkan nama band sekolah dan kampus. Berbagai genre pun bercampur baur dalam satu panggung pensi sekolah.
"Kalau dulu pentas seni sekolah itu memang di-support banyak pihak, menjadi menu utama karena waktu itu konser-konser band luar juga sedikit, festival-festival band luar juga belum ada," kenang Jimi Multhazam, vokalis
The Upstairs.
Jimi mengatakan, bila di masa sekarang anak muda sangat antusias untuk datang ke festival musik, di era awal hingga pertengahan 2000-an, pensi sekolah menjadi hiburan yang terjangkau yang dipilih oleh para remaja pecinta musik.
"Pensi itu jadi semacam festival kalau jaman dulu, yang datang anak muda semua," jelas Jimi.
Akan tetapi, keberadaan pensi pada masanya tak lepas dari permasalahan. Tak semua pensi membawa kisah sukses dan mengangkat nama sekolah.
Ada banyak contoh pensi yang merugi dan menyisakan banyak hutang yang harus ditanggung panitianya. Tak sedikit pula pensi yang rusuh karena banyak penonton yang memaksa masuk tanpa membeli tiket.
Sebut saja pensi SMA N 6 Jakarta pada 2007 yang bernama Klassix. Pentas seni yang diadakan di Plaza Barat, Senayan itu terpaksa berhenti di tengah-tengah berlangsungnya acara karena ada perusuh.
Kerusuhan serupa juga terjadi pada pensi yang diadakan oleh SMA Tarakanita 1 yang bernama Madagastar dan diadakan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Namun rekor kerusuhan paling pensi paling mencatatkan sejarah ada pensi SMA N 44 Jakarta yang berlangsung pada 17 Januari 2007. Pensi bernama Fashionastic itu diadakan di Senayan.
Di waktu yang sama, tengah berjalan pertandingan Piala AFF di Stadion Utama Gelora Bung Karno antara Indonesia melawan Singapura dengan hasil seri 2-2. Penonton yang tak puas kemudian membuat rusuh di sekitaran lapangan.
Catatan kelam tersebut kemudian membuat pentas seni dilarang di sejumlah sekolah. Perlahan era kejayaan pensi mulai memudar.
Namun, di tengah pudarnya tren pensi, sejumlah sekolah masih tetap membuat pentas seni hingga hari ini secara konsisten.
Hal tersebut akhirnya membuat peristiwa rusuh di pensi mulai terlupakan dan pensi kembali menjadi pilihan hiburan bagi remaja usia sekolah.
Hari ini detikHOT akan membahas mengenai pentas seni. Bagaimana pensi dapat bertahan di tengah gempuran konser dan festival musik berskala besar hingga apa yang membuat pensi masih relevan hingga kini.
Halaman Selanjutnya
Halaman