Review Past Lives: Ketika Masa Lalu Datang Mengetuk

Review Past Lives: Ketika Masa Lalu Datang Mengetuk

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 16 Nov 2023 17:29 WIB
Past Lives
(Foto: dok. A24)
Jakarta -

Tidak ada yang lebih sederhana daripada cinta. Menyayangi orang lain. Tambahkan jarak dan waktu maka cinta akan mendapatkan lawan yang pantas. Past Lives, film pertama dari sutradara yang luar biasa berbakat Celine Song, adalah sebuah film yang lembut tentang itu. Tidak ada yang meninggal, penyakit mematikan, bencana alam atau meteor jatuh yang mewarnai film ini. Tapi pengalaman emosional menonton film ini rasanya seperti ditinggal pergi oleh seseorang yang kita cintai.

Nora (Greta Lee, Seun Ah-moon sebagai Nora muda) dan Hae Sung (Teo Yoo, Seng Min-yim sebagai Hae Sung muda) tadinya adalah teman kecil satu sekolah. Jenis teman yang diam-diam berkompetisi tapi selalu menyayangi. Jenis teman yang tidak akan marah kalau kita isengi seperti apa saja. Jenis teman yang ada di sana ketika kita sedang menangis. Ketika Nora akhirnya pergi sekeluarga untuk tinggal di Kanada, Hae Sung hanya bisa mengucapkan selamat tinggal.

Dua belas tahun berlalu setelah perpisahan itu dan Nora menemukan Facebook Hae Sung. Teman masa kecilnya itu rupanya mencari dirinya. Nora tertarik untuk berkomunikasi kembali dan akhirnya melalui teknologi, mereka bisa berbicara lagi. Seperti yang saya bilang di paragraf pertama, jarak dan waktu adalah musuh utama dalam cinta. Nora memutuskan untuk mereka berhenti sebentar karena hubungan mereka mulai mengganggu jalannya untuk meraih mimpinya. Hae Sung bersedih tapi dia tidak bisa protes. Lagi pula mereka bukan siapa-siapa, hanya mantan teman kecil. Dia bukan pacar, dia tidak berhak untuk marah.

Dua belas tahun lagi berlalu. Nora sekarang sudah menikah dengan Arthur (John Magaro) dan sekali lagi Hae Sung akan hadir dalam hidupnya karena ia akan liburan ke New York. Yang terjadi berikutnya tentu saja bukan serangkaian adegan yang ada di film-film romantic comedy yang ditulis oleh Richard Curtis. Yang terjadi berikutnya adalah serangkaian adegan yang akan membuat siapapun patah hati.

Past LivesPast Lives Foto: dok. A24

Ditulis dan disutradarai oleh Celine Song, Past Lives adalah sebuah drama yang lebih fokus dengan perasaan daripada plot. Kalau Anda terbiasa dengan film-film yang lebih fokus dengan plot daripada karakter, menonton film ini mungkin bisa menjadi tantangan. Tapi kalau Anda menyukai film-film yang lebih mengutamakan karakter dan perasaan, Past Lives adalah sebuah tontonan yang sangat tepat.

Sudah lama sekali saya tidak menyaksikan sebuah film tentang perasaan mencinta dan dicinta, atau lebih tepatnya perasaan nelangsa karena mencinta, seapik ini. Song membiarkan kameranya bergerak pelan, lengkap dengan musik scoring dari Christopher Bear dan Daniel Rossen untuk membuat penonton merasakan semua pedih dan indahnya cinta. Ada alasan kenapa di layar kita menyaksikan genangan air hujan, air kolam yang kumuh atau mungkin bangunan tinggi kota-kota. Ada alasan kenapa Celine Song tidak segera langsung menampilkan sosok Nora ketika Hae Sung pertama kali bertemu dengan teman masa kecilnya setelah 24 tahun. Editing dan sinematografi yang sangat spesifik ini sesuai dengan tema filmnya: tentang longing, perasaan mendamba.

Tidak ada satu pun karakter antagonis dalam film ini. Tidak ada karakter yang berteriak. Separuh film bahkan dihabiskan oleh karakter-karakternya untuk berbisik. Dan ini justru menjadikan Past Lives menjadi salah satu film terlembut yang pernah saya tonton. Sangat mudah untuk membenci Hae Sung atau Arthur kalau salah satu dari mereka dibuat dengan agak sedikit lebih keras atau ngotot. Fakta bahwa keduanya dibuat Celine Song sebagai orang-orang yang pasrah, terhadap waktu, terhadap cinta, membuat rasa sakit Past Lives terasa seperti luka permanen di dada.

Tentu saja sebagai sebuah film yang lebih bergantung terhadap perasaan daripada apapun, permainan aktor-aktornya sudah pasti menjadi atraksi utama. Trio Greta Lee, Teo Yoo dan John Magaro tidak hanya mempunyai chemistry yang luar biasa tapi aksi-reaksi mereka menjadikan Past Lives tontonan yang luar biasa mengenyangkan. Tidak banyak yang dilakukan oleh aktor-aktor ini kecuali saling tatap dan berbicara. Tapi masalahnya, dalam Past Lives, tatapan mata saja rasanya seperti silet yang mengiris daging.

Dengan ending yang begitu sempurna, Past Lives tentu saja tidak akan menjadi film untuk semua orang. Tapi bagi Anda yang menyukai film-film Wong Kar Wai (terutama In The Mood For Love), Past Lives akan menjadi tontonan yang menyegarkan. Saya tidak suka perasaan patah hati dalam kehidupan nyata tapi merasakan sakitnya hati di tengah kegelapan sinema, saya sama sekali tidak keberatan.

Past Lives dapat disaksikan di jaringan CGV, Cinepolis, Flix dan jaringan bioskop lainnya.

---

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(aay/aay)

Hide Ads