Kita melihat rumah yang bentukannya agak amburadul. Furniture berantakan. Debu di mana-mana. Lampu mati, yang ada hanyalah lilin. Dan kemudian kita melihat seperti bekas cakar di dinding.
Anehnya cakar ini bukan seperti cakar yang dihasilkan dari kuku manusia. Cakar ini seperti dibuat oleh monster atau... makhluk yang bukan manusia. Kemudian kita diajak ke tengah ruangan dan kita melihat teman lama kita, Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga) sedang berusaha mengeluarkan iblis dari tubuh seorang bocah kecil bernama David (Julian Hilliard).
Opening ini membuat saya langsung merasakan hal yang berbeda. Tidak seperti dengan dua jilid Conjuring sebelumnya, entry yang ketiga ini (disutradarai oleh Michael Chavez) memiliki approach yang agak berbeda meskipun nuansanya mirip dengan dua film sebelumnya. Pengusiran setan ini tentu saja tidak berjalan mulus.
Setelah sebuah sequence panjang yang lumayan bikin ngeri, iblis yang ada dalam diri David akhirnya pergi. Sayangnya dia masuk ke dalam tubuh Arne (Ruairi O'Connor), pacar dari Debbie (Sarah Catherine).
Setelah kejadian itu Arne mulai merasakan hal berbeda. Dia merasa seperti... dihantui. Tapi dia masih bisa membaca surat dari Al-Kitab. Dan dia masih kelihatan waras. Tapi kenapa dia merasa tidak baik?
Sampai akhirnya sebuah tragedi terjadi dan Ed bersama Lorraine akhirnya terpaksa untuk menginvestigasi kejadian ini. Investigasi ini membawa mereka ke dalam sebuah labirin berbahaya yang mengancam keselamatan mereka.
Tidak heran untuk franchise sebesar Conjuring berusaha untuk tetap terlihat relevan karena dia terbukti menjadi salah satu pundi-pundi uang yang menjanjikan untuk Warner Bros. Dua jilid Conjuring, beberapa film Annabelle, satu The Nun dan The Cruse of La Llorona (yang juga disutradarai oleh Michael Chavez) membuktikan bahwa penonton doyan sekali melahap kisah hantu.
Berita bagusnya, meskipun dibuat dengan agak berbeda The Conjuring: The Devil Made Me Do It ternyata tetap menjadi sebuah tontonan horor yang menyenangkan.
Ditulis oleh David Leslie Johnson-McGoldrick (ceritanya ditulis bersama dengan James Wan), film ini tidak mengambil jalur seperti dua film sebelumnya yaitu mengajak penonton untuk melihat rumah angker yang dikunjungi oleh Ed dan Lorraine. Resep ini memang berhasil dan bisa dieksploitasi kapan saja tapi rupanya James Wan sebagai produser ingin memberikan sesuatu yang berbeda.
Dalam seri ini untuk pertama kalinya penonton diajak untuk menyaksikan sebuah crime investigation yang berbau supernatural. Hasilnya memang menjadikan seri ini menjadi lebih grounded, lebih terasa masuk akal.
Meskipun hasil akhirnya menjadi tidak imbang (antara crime investigation dan bagian supernatural-nya karena mata saya lebih fokus ke bagian hantu-hantunya) tapi bukan berarti film ini tidak menarik.
Chavez sebagai sutradara mengikuti langkah Wan untuk membangun atmosfir ngeri dengan baik. Conjuring tanpa suasana angker bukanlah Conjuring. Yang keren adalah bahkan tanpa kehadiran rumah yang angker Chavez tetap bisa membangun nuansa yang horor.
Dan disini Anda diajak untuk menyaksikan kengerian di berbagai tempat. Di rumah, basement bawah tanah, hutan sampai kamar mayat (yang bagian ini luar biasa efektifnya). Nampaknya kegagalan The Curse of La Llorona memberikan banyak pelajaran kepada Chavez karena banyak sekali sequence horor dalam The Conjuring: The Devil Made Me Do It yang berhasil membuat merinding.
Salah satu hal yang membuat serial ini enak dicicip adalah interaksi dua karakter utamanya. Patrick Wilson dan Vera Farmiga sekali lagi menunjukkan permainan yang apik dalam film ini.
Kali ketiga mereka bersama, baik Wilson dan Farmiga sudah tidak perlu mengenalkan diri mereka. Bonding antara mereka bertiga amat krusial dalam film ini. Dan kehadiran mereka benar-benar menaikkan pangkat film ini. Tanpa mereka berdua film ini mungkin akan menjadi loyo dan konklusinya mungkin tidak akan sememuaskan ini.
Dengan visual yang enak dilihat (disyut oleh sinematografer Michael Burgess) dan musik Joseph Bisara yang selalu "mengganggu", The Conjuring: The Devil Made Me Do It adalah tontonan wajib bagi Anda para pecinta horor.
Film ini memang tidak bisa melampaui film pertamanya yang sungguh jenius tapi masih efektif untuk menggedor jantung. Ditonton di dalam kegelapan bioskop dengan tata suara yang luar biasa, The Conjuring: The Devil Made Me Do It akan membuat Anda memegang erat-erat kursi bioskop sambil sesekali memicingkan mata.
Ketika end credits bergulir, mungkin Anda seperti saya akan berdoa agar kita tidak perlu menunggu lima tahun untuk menyaksikan lanjutan kisah horor Ed dan Lorraine.
The Conjuring: The Devil Made Me Do It dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
Simak Video "Film Terakhir 'The Conjuring' Bakal Tayang 2025"
(doc/doc)