The Brandals tengah menggarap album kelima mereka ketika gitaris Tony Dwi Setiaji memutuskan keluar dari band yang telah menaunginya selama kurang lebih 19 tahun. Saat itu, proses pembuatan album telah menuju 80 persen dari rampung.
Meski tidak berpengaruh banyak pada penggarapan album, sebab Tony telah merampungkan tanggung jawabnya sebelum meninggalkan band, diakui para personel The Brandals, hengkangnya sang gitaris adalah kehilangan dan pukulan besar mereka.
"Sebenernya nggak begitu signifikan (pengaruh untuk album), tapi yang sudah pasti kehilangan personel istilahnya kayak kehilangan anggota keluarga, tetep bikin shock dan trauma sih. Pasti bikin kami goyah, ini gimana ya jalannya? Tapi karena albumnya sudah selesai dan kami berempat mau lanjut ya harus dijalanin terus," ungkap Eka Annash dalam wawancara dengan detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tony Dwi Setiaji bisa dibilang merupakan salah satu anggota band yang telah bergabung dengan The Brandals sejak band itu terbentuk dalam formasi awal pada 2002 silam.
Baca juga: The Brandals Belum Padam |
Pada saat menyatakan mengumumkan mundurnya Tony dari band pada akhir 2020 lalu, manajemen The Brandals mengatakan sang gitaris ingin fokus pada kesibukan lainnya di luar band. Diketahui, Tony memang aktif membuat musik untuk film layar lebar selain berkarier dalam band yang kini beranggotakan Eka Annash (vokal), Radit Syaharzam (bass), PM Mulyadi (gitar) dan Firman Zaenudin (drum) itu.
Namun selain itu, dalam wawancara dengan NME, Tony mengungkapkan adanya perbedaan pemahaman terkait masalah penciptaan lagu yang pada akhirnya turut menjadi pertimbangannya untuk meninggalkan band.
detikcom mencoba mengkonfirmasi hal tersebut dalam wawancara dengan The Brandals. Keempat personel mengakui adanya perihal perbedaan persepsi tentang penciptaan lagu yang terjadi di tubuh mereka.
Selama ini, The Brandals selalu menciptakan lagu secara bersama-sama (jamming) oleh karena itu, nyaris seluruh lagu yang mereka rilis ditulis diciptakan atas nama band. Hal itu telah berlangsung selama puluhan tahun. Sebelum hengkang, menurut para personel The Brandals, Tony meminta agar cara itu diperbarui.
"Mungkin sebetulnya basically, gue pribadi belum paham kalau perihal musik ini, karangan dibuat, secara hukum gue belum paham. Mungkin Tony lebih berpikir bahwa siapa pun yang bikin musik pertama, itu adalah musiknya dia, walaupun pada akhirnya jamming dengan bareng-bareng. Kalau kami, atau mungkin gue pribadi, entah dari siapa yang mulai atau gimana, itu musiknya masih tetap The Brandals, created by Brandals. Mungkin Tony mikirnya secara hukum, yang membuat chord pertama itu musik milik dia. Begitu jamming itu di-create oleh si A," jelas Radit.
![]() |
Eka Annash menambahkan proses penggarapan lagu secara jamming telah menjadi tradisi mereka dalam menggarap materi selama bertahun-tahun. Bila cara itu harus diubah ketika memasuki album baru, mereka mengaku bingung. Sebab pada saat Tony meminta hal itu, lagu yang mereka garap pun telah rampung dibuat.
"Kurang lebih kayak gitu, persepsinya Tony mungkin kayak gitu, bibitnya siapa yang memulai lagu, mungkin dia berhak nge-claim untuk lagu itu adalah ciptaan dia, padahal kami sudah berjalan selama hampir 20 tahun dan empat album formulanya selalu jamming ramai-ramai. Mungkin iya, dimulai dengan salah satu individu pas jamming-nya, misalnya dari Tony, dari PM atau dari bass juga. Tapi selalu kami keroyokan bikinnya. Lempar satu terus dibangun bareng-bareng, di situlah ada tarik ulurnya," urai Eka.
"Memasuki di album ini, nggak tahu, kami juga jadi bingung mau dikorek-korek kayak gimana karena sudah jadi lagunya. Itu jadi salah satu faktor besar mungkin," lanjutnya.
Baca juga: Ini Alasan Keluarnya Tony dari The Brandals |
Firman menambahkan, meski demikian, The Brandals kini sudah legowo dan menerima keputusan Tony dengan lapang dada. Mereka pun mengaku tetap mendukung keputusan Tony tersebut.
"Mungkin di dunianya Tony (film), secara legalitas lebih terasa ya, secara hitam dan putihnya jelas. Mungkin kalau diaplikasikannya ke kami, yang notabene kami nggak tahu, kami juga bingung," tutur Firman.
Keempat personel sama-sama sepakat hingga saat ini, mereka masih menganggap The Brandals sebagai band dengan formula klasik layaknya unit rock n'roll yang memiliki lima personel dengan formasi dua gitaris. Oleh karena itu, mereka tidak menutup kemungkinan bila suatu hari akan mencari gitaris baru.
![]() |
Hanya saja, untuk saat ini keempatnya sepakat untuk tidak ingin terburu-buru. Mereka masih ingin fokus pada rilisnya album terlebih dahulu.
Baca juga: The Brandals: Album Kelima, Album Berlima |
"Kalau kami sih mungkin fokus dulu untuk rilis single ini. Mungkin lebih ke additional dulu, men-solidkan kami berempat dulu, mungkin kami lihat ke depannya gimana," kata PM.
Senada dengan PM, Eka Annash menambahkan, "Karena kami kan materinya baru, musti kami workshop-kan lagi. Musti latihan lagu untuk dibawa jalan. Kami musti kenalan lagi sama lagunya, kalau sudah selesai pandemi, (untuk) manggung."
"Gue selalu merasa The Brandals itu formula klasik rock n' roll yang lima orang dimana untuk dibawakan ke panggung pun idealnya ada dua gitar. Tapi seperti yang PM bilang, (cari personel baru) nggak buru-buru sih. Mungkin men-solid-kan dulu berempat. Nanti kalau sudah manggung baru ambil additional," sambung Eka.
(srs/aay)