GIGI telah mengumumkan sejak 6 Mei lalu mereka sedang melakukan konser tur dalam rangka menyambut perjalanan usia baru mereka yang ke-30. Tur itu diberi nama The Best of GIGI Road to 30th Anniversary yang menyambangi lima kota.
Rinciannya, 6 Mei di Malang, 17 Juni di Jakarta (Hall Basket Senayan). Bandung (Trans Studio). kebagian jadwal pada 24 Juni, sedangkan Yogyakarta (Gor UNY) pada 12 Agustus. Sebagai penutup, GIGI memilih Surabaya (DBL Arena) pada 7 Oktober.
Konsep yang mereka tawarkan, sebuah pertunjukan yang ideal tapi juga memenuhi ego mereka sebagai sebuah grup. Pelaksanaannya, konser itu hanya akan diisi oleh mereka berempat, yang bersenang-senang atas cinta kasih pada musik.
"Pesan yang mau disampaikan adalah intinya sih kalau tur ini adalah bagaimana menjaga kita berempat ini. Karena biasanya di konser itu, ada kolaborasi, ada additional, nah kita coba minimalis segini aja. Tamu kolaborasi cukup di TV kan udah sering. Kita mau menampilkan kita berempat aja, kalau ada kekurangan yang nggak apa-apa, organik saja berempat," ungkap Dewa Budjana kepada detikcom.
Pemilihan repertoar pun ditulis sedemikian rupa agar dapat memuaskan dahaga GIGI Kita-sebutan penggemarnya. Perpaduan antara lagu-lagu hits dan tidak hits, hadir di atas panggung. Bahkan lagu-lagu yang tidak pernah dinyanyikan secara langsung pun turut dibawa dan kagetnya, tetap mendapatkan koor.
"Pas manggung di Malang itu ada bagian Budjana sama Armand bawa lagu yang memang jarang banget dibawa. Saya kaget juga sih, lagu-lagu yang dari album 2000, 2001, 2002 itu mereka nyanyi semua. Kayak lagu Diva (2001, Album Untuk Semua Umur), nggak pernah dinyanyikan di formasi ini, eh pada nyanyi juga. Jadi buat saya ada kesan bikin senang karena ternyata yang datang memang benar-benar khusus buat dengar lagu-lagu GIGI," ungkap Hendy.
"Ego dan idealisme yang jelas tertuang dalam artian kita mungkin dari dulu sampai sekarang nggak pernah membawakan lagu di-live mirip seperti di rekaman. Selalu diubah," tambah Hendy.
"Sebenarnya yang main waktu di studio tuh session player, bukan kita," celetuk Armand disambut tawa tiga personel lainnya.
Menyoal perlakuan konsep di tiap kotanya, ada satu benang merah yang sama. Akan tetapi, GIGI menjaminkan, bahwa pasti ada perbedaan di tiap yang memang dibuat khusus untuk kota tersebut.
"Kita nggak ada beda-bedain antar kota, tapi ada satu bagian yang di setiap kota mungkin beda. Maksudnya beda tuh beda lagu. Misalnya di Malang, pada bagian tersebut kita bawa lagu A, di Yogyakarta lagunya B. Tapi selebihnya 100% sama konsepnya, nanti tinggal balik lagi, biasanya interaksi penonton yang mengubah vibe di kota tersebut. Bisa ada lagu yang spontan juga," terang Armand lagi.
Kembali lagi tentang alasan dan pesan dari The Best of GIGI Road to 30th Anniversary, Thomas menebalkan dengan pendapatnya. Menurut sang pemain bass, konser tur ini juga turut menjadi tanda GIGI masih punya eksistensi di antara ramainya para generasi musik baru.
"Secara generasi, Indonesia kan bagus bange ya untuk sebuah negara di Asia yang kayaknya tiap minggu ada pendatang baru dan bagus. Setiap orang bisa melihat yang ini, itu. Jadi, kami simpel, konser tur ini menunjukkan kami masih ada, kami masih hidup, ayo bersenang-senang. Karena itu susah menurut saya. Kalau baru 1, 2, 3 album mungkin banyak musisi yang melalui itu. Tapi setelah 6, 7, 8 album, itu sebuah perjalanan yang panjang," tutup Thomas bijaksana.
(mif/dar)