GIGI di Usia 30 Tahun: Tetap Cerewet dan Gratilan

Main Stage

GIGI di Usia 30 Tahun: Tetap Cerewet dan Gratilan

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Jumat, 16 Jun 2023 16:33 WIB
Jakarta -

Rentang usia 30 tahun adalah jalan yang panjang bagi apapun latar belakangnya. Usia manusia, hubungan pernikahan, bisnis, termasuk di antaranya untuk grup musik. Bersama-sama dengan orang asing yang menjadi keluarga dan menghabiskan waktu lebih banyak dari siapapun.

Band GIGI sedang menyambut itu dan siap merayakannya. Lebih dari 25 album sudah dilahirkan, beberapa pergantian personel sampai kemudian menemukan formasi yang paling awet bersama Armand, Budjana, Thomas dan Hendy sejak 2004.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum benar-benar pesta ulang tahun, GIGI sedang menyambut umur barunya dengan perayaan bertajuk The Best of Gigi Road to 30th Anniversary. Band pelantun My Facebook itu melakukan tur ke lima kota; Malang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Ketika berita ini dipublikasi, GIGI menyambut 24 jam sebelum penampilan mereka di Hall Basket Senayan, Jakarta.

ADVERTISEMENT

Berjalan sepanjang itu tentu pertanyaan paling sederhana yang muncul adalah apa yang menghubungkan keempatnya sampai-sampai badai perselisihan tidak mampu menghancurkan. Pertanyaan lainnya kemudian dengan berdiri di puncak popularitas dan kesuksesan, apa yang membuat asa dan api itu tetap membara.

detikcom berkesempatan menanyakan itu langsung kepada Armand Cs saat mereka didaulat menjadi tamu dari program Main Stage detikcom. Usai menyanyikan Ya... Ya... Ya..., My Facebook dan 11 Januari, mereka berbagi cerita.

"Cerewetnya empat orang ini tuh, cerewet dalam artian ke segala hal. Gratilan (tidak bisa diam), selalu mau ngerjain sesuatu, justru itu batu baranya. Gratilan atau cerewetnya ide-ide berempat ini saling tumpang tindih yang akhirnya jadi satu warna. Akhirnya GIGI bisa sampai 29-30 tahun salah satu komponennya itu tadi, menurut gue seperti itu," buka Armand kepada detikcom.

"Ide itu bukan dalam musik saja, apapun, apalagi sekarang zaman digital, banyak sekali yang harus kita jalani. Nah, ini empat-empatnya tuh malah kadang kebanyakan ide, terus malah ribut, tapi keributan itu yang jadi bagus menurut gue. Akhirnya diambil saripatinya apa ini yang terbaik, lalu ya sudah kita jalani. Kalau nggak gitu ya kita tenggelam juga," sambung Armand.

Hendy menyampaikan, dirinya sendiri tidak menyangka bahwa akan tetap bersama dengan GIGI sampai sekarang. Mengenai perjalanan, sang drummer ingin terus bisa mempertahankan kestabilan GIGI yang selalu selamat dari berbagai krisis, baik internal maupun dalam dunia industri musik.

"Indin selalu gini aja gue sih. Maksudnya kadang kan api semangat itu meredup sedikit, ya semoga bisa nyala terus, tapi jangan terlalu terang. Karena kalau menurut gue ya, suatu yang lebih terang gitu kadang berat untuk mempertahankan, akhirnya redup tiba-tiba. Kalau pas, redupnya jadi berat gitu. Alhamdulillah GIGI bukan band yang meledak jutaan copy gitu, tapi ya tetap terus ada aja," ucap Hendy.

GIGI yang panjang umur juga dinilai tidak hanya baik untuk masing-masing personelnya, tapi juga para penggemar. Setiap umur yang terlewati, setiap itu juga jembatan baru dibangun untuk mereka para pendengar baru pula.

"Semoga apapun yang GIGI ciptakan bisa jadi sebuah jembatan untuk orang-orang baru dan lama," kata Thomas.

"Mungkin kita agak lumayan lama nge-band-nya, untungnya kita jadi punya teman-teman band dari segala zaman. Sampai anaknya Thomas pun ngeband akhirnya jadi teman juga. Kita nggak punya batasan dalam bergaul dan jadinya kita punya fans dari generasi-generasi selanjutnya," timpal Dewa Budjana senada dengan Thomas.

Obrolan ini juga bisa dinikmati dengan konsep podcast di Spotify.

Ambisi kuat GIGI di halaman selanjutnya.

Dengan benang merah yang kuat dan tebal, tidak heran sampai menjelang 30 tahun ini GIGI masih terus punya ambisi. Tidak lantas mereka berpuas pada apa yang sudah dilakukan sejak 1994. Tidak juga membuat mereka merasa cukup walaupun bait demi bait lagu sudah dinyanyikan oleh jutaan orang.

"Sering banget GIGI itu dapat kesempatan lebih untuk bisa main di wilayah-wilayah yang pelosok dan bukan kota besarnya. Ambisinya GIGI bisa main di wilayah-wilayah kabupaten gitu dengan fasilitas yang sama dengan biasa GIGI tampil. Artinya apa? Indonesia makmur secara keseluruhan, listriknya bagus, kotanya memadai, orang-orangnya juga daya belinya naik. Gue pengen banget itu," Thomas berharap.

Band GIGI di Main Stage detikcomBand GIGI di Main Stage detikcom. Foto: dok. detikcom

Sang gitaris menegaskan bahwa sampai kapanpun ambisinya adalah bisa terus membuat lagu dan album. Bagi gitaris asal Bali itu, lagu dan album merupakan tanda zaman dan kapsul waktu yang membuat siapapun pendengarnya, mencuatkan nostalgia dan seolah-olah merasakan apa yang terjadi pada tahun karya tersebut diciptakan.

"Masih ingin terus punya album, walaupun sekarang album udah nggak kayak dulu. Karena album itu tanda zaman. Misalnya, kita dengerin lagu Koes Plus, pas bunyi itu rasanya langsung ingat tahun segitu, membayangkan. Kalau kita nggak bikin album lagi, jadi nggak ada tandanya," jelas Budjana.

Dikarenakan kini Hendy merangkap jabatan juga menjadi manajer, maka ambisi yang diharapkannya adalah terkait pada urusan-urusan administratif. Dia ingin, GIGI bisa mendapatkan dan memiliki seluruh hal yang memang menjadi hak milik mereka. Lebih dari itu, dia juga menginginkan GIGI bisa menjelma menjadi sebuah brand.

"Setelah pandemi, setelah Almarhum Baron meninggal dan gue ditunjuk untuk memimpin manajemen, gue tersadarkan bahwa GIGI ini harus lebih up to date. Kitanya berempat, apa yang kita miliki adalah memang milik kita, apa yang kita punya, punya kita. Ke depannya juga ingin GIGI bukan hanya sebuah band, tapi brand yang harus dijaga terus. Meskipun nanti kita sudah nggak main lagi, GIGI tetaplah GIGI," terang Hendy.

Armand Maulana mengamini apa yang diharapkan oleh Thomas tentang bagaimana ekosistem pertunjukkan yang ideal, bisa diterapkan di berbagai kondisi dan wilayah. Tapi, Armand juga punya ambisi lain. Dia ingin, GIGI bisa kembali rutin terbang ke luar negeri.

Ini bukan semata soal uang atau popularitas. Tapi dengan tampil di negeri orang, justru Armand merasa bahwa GIGI bisa tetap menjaga langkahnya untuk menginjak bumi. Tidak mudah hanyut ke dalam kesombongan band papan atas Tanah Air. Mengapa?

"GIGI itu pernah mengalami fase sering banget main di luar negeri, nah gue ingin itu lagi. Bukan karena ke luar negeri jalan-jalan atau, tapi justru gue inget banget pada saat sering-seringnya ke Amerika, Jepang dan sebagainya, kita tuh kayak balik lagi ke tahun 1994. GIGI dikasih jatah kamar cuma dua, semua numpuk di situ. Panitianya harus minjem-minjem kamar mahasiswa di sana buat kita tidur. Kita yang nggak pernah sarapan bareng, kalau di luar negeri jadi sarapan bareng. Tapi petualangan itu kita menikmatinya dan justru itu menjaga kewarasan," kata Armand.

"Kalau di Indonesia tuh kan udah pasti ridersnya GIGI kalau di kota itu ada hotel bintang 5, GIGI situ. Satu orang, satu kamar, kadang gue masuk kamarnya kegedean banget. Bukan masalah superstar, maksud gue pada saat kita balik lagi kayak gitu, mobil cuma satu, kru orangnya sedikit. Ingat banget dulu awal-awal dari Jakarta ke Yogyakarta itu kita naik kereta kru cuma satu, bawa speaker sendiri. Menurut gue itu yang bikin kita waras, bikin ingat oh iya kita pernah seperti ini," tandas Armand.

Sudah disebutkan tadi, sekarang GIGI sedang dalam sebuah tur dalam rangka menyambut usia 30 tahun. Kepada detikcom, GIGI bicara lebih dalam tentang apa yang ingin mereka sampaikan dari gelaran bertajuk The Best of Gigi Road to 30th Anniversary tersebut.


Hide Ads