Kondisi kesehatan novelis kontroversial Salman Rushdie belum stabil. Ia masih menggunakan ventilator atau alat bantu nafas dan organ bagian dalam tubuhnya rusak.
Dia ditinju, dipukul, dan ditikam sampai 15 kali di bagian dada dan leher. Penulis berusia 75 tahun itu terancam buta dan masih sadar sama sekali.
Berikut 5 fakta soal Salman Rushdie yang gara-gara The Satanic Verses disebut sebagai penghina Nabi Muhammad:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. The Satanic Verses
Novel keempat Salman Rushdie yang berjudul The Satanic Verses atau Ayat-Ayat Setan terbit pertama kalinya pada 1988. Gara-gara isi novelnya, pemimpin revolusioner Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengucapkan ancaman untuk Salman pada 14 Februari 1989.
Novel keempat sang penulis menceritakan tokoh utama yang bernama Mahound (yang kemungkinan besar merujuk pada Muhammad) diceritakan secara kilas balik paralel dengan dua tokoh utama lainnya Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha. Sebagian ceritanya terinspirasi dari kisah hidup Muhammad.
2. Dianggap Menistakan Islam
Bagi umat Muslim, novel The Satanic Verses penuh dengan SARA sampai tidak boleh beredar di India. Novelnya pun menyulut kerusuhan di Pakistan dan beberapa negara mayoritas Islam lainnya di dunia.
Salman Rushdie dianggap tidak menghormati Nabi Muhammad karena berani menggambarkan Nabi ke-25 itu secara blak-blakan.
Novelis yang lahir di India dari keluarga muslim itu menyebabkan kerusuhan massal. Di Mumbai, 45 orang tewas akibat kerusuhan buku.
![]() |
3. Novelnya Dilarang Beredar
Akibat kerusuhan tersebut, berbagai pihak yang mencoba menerbitkan dan menerjemahkan juga mendapat ancaman pembunuhan.
Pada 1991, seorang penerjemah Jepang, Hitoshi Igarashi, dari buku The Satanic Verses ditikam sampai mati. Seorang penerjemah Italia, Ettore Capriolo, selamat dari serangan pisau ketika berada di apartemen di Milan.
Di Turki, penerjemah The Satanic Verses, Aziz Nesin berhasil kabur dari upaya pembakaran hotel saat meninggal. Tapi 33 tamu lainnya yang sedang menginap tewas dalam kebakaran, kemungkinan besar peristiwa tersebut karena ia menginap di sana. Pada 1993, penerbit buku asal Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.
Buku itu dilarang di Iran, negara tempat mendiang pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa 1989, atau dekrit yang menyerukan kematian Salman Rushdie. Khomeini meninggal di tahun yang sama.
(Salman hidup bersembunyi - baca halaman berikutnya)