Belakangan banyak konten kreator, influencer, atau youtuber, memperlihatkan kemampuan mereka membeli barang-barang mewah dalam sekejap. Kemampuan itu seringkali dianggap riya.
Kata Ustaz bersama Ustaz Maulana kali ini akan menyorot soal fenomena ini. Banyak para youtuber, influencer, figur publik, dan konten kreator memperlihatkan kemampuannya hidup mewah dan bisa membeli barang-barang mewah dalam sekejap.
Ada yang bisa beli mobil mewah dalam hitungan menit, beli tas mewah, dan lain sebagainya. Ustaz Maulana, menasihati ada baiknya melihat hal tersebut dengan positif.
"Gini saja, kita jadiin aja motivasi kalau dia bisa kenapa kita tidak bisa. Jadi memotivasi khalayak yang tidak mungkin jadi mungkin," kata Ustaz Maulana kepada detikcom.
Segala sesuatu yang diperlihatkan oleh seseorang jangan selalu diartikan sebagai riya atau pamer. Terlebih orang tersebut memang mampu dan tidak dipaksakan terlihat mampu.
Itu juga bisa melatih hati dan cara berpikir netizen atau penikmat cerita kehidupan figur publik tersebut. Seperti contoh, seorang ahli penerbang dalam sebuah acara memperlihatkan kemahirannya akrobat menerbangkan pesawat, itu bukan riya atau pamer, tapi menujukkan mampu.
"Itu bukan riya, tapi memperlihatkan kemampuan. Nggak ada masalah," katanya.
Ustaz Maulana juga mengatakan bukan masalah jika mereka yang mampu memperlihatkan di media sosial mereka masing-masing. Akan tetapi, ada hal yang harus sanagat diperhatikan oleh mereka yang ingin memamerkan kemampuan atau kekayaannya.
"Hak semua orang yang mampu (memperlihatkan di media sosial) sepanjang tidak menyakiti," ungkapnya.
"Ini sebagai contoh kadang kala orang kaya ketika dia memberi, kalau dia tidak kelihatan memberi jatuhnya akan fitnah. Sejauh orang tidak tahu, 'Kok dia nggak pernah memberi?' Kadang kala orang kaya itu harus memperlihatkan dia memberi," kata Ustaz Maulana.
Ada kala figur publik yang terlihat sangat mampu dan tidak pernah memperlihatkan memberi, itu bisa menimbulkan prasangka negatif.
Unggahan-unggahan figur publik yang memperlihatkan kemampuan mereka mendapatkan sesuatu, bisa menjadi pelajaran untuk netizen bisa belajar berpikir positif.
"Iya, kecuali kita mengarahkan, ah riya banget sik, mau dilihat banget sik. Itu beda konten," tegasnya.
"Kalau kita anggap sebagai sinetron, anggaplah sebagai sinetron yang memberikan pembelajaran. Kalau itu yang buruk, dalam Al Quran ada pembelajaran sisi negatif, sisi positif. Sisi positif lukmanulhakim para nabi-nabi Allah, sisi negatif ada seperti kisah Firaun, Abu Lahab, itu konten-konten negatif tapi Al Quran menggambarkan pembelajaran buat kita sehingga jasad Firaun itu diawetkan dalam artian dijaga sebagai untuk jadi pembelajaran (manusia)," jelas Ustaz Maulana.
Simak Video "Video: Amalan-amalan di 10 Hari Hari Terakhir Ramadan"
(pus/nu2)