Pangeran Harry mulai menceritakan kesedihannya usai tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa sang ibu, Putri Diana, puluhan tahun silam. Ia pun menyebutkan, setelah kejadian tersebut publik di seluruh dunia turut bersedih.
Kesedihan tentu juga meliputi dirinya dan keluarga Kerajaan Inggris. Namun dia menyebut bahwa kesedihan fans justru lebih menyakitkan dibandingkan dengan anggota keluarga Inggris lain, termasuk dirinya.
Harry mengatakan bahwa fans lebih mengenal sosok sang ibu dibandingkan dirinya. Hal itu terjadi menurutnya lantaran ketatnya aturan dan pola pikir yang diterapkan di Kerajaan Inggris.
"Bagaimana kalian bisa berduka untuk seseorang yang merupakan orang tua ku sedangkan diriku sendiri tak bisa terlalu berduka?" ungkapnya pada Oprah Winfrey dan Zack Williams.
"Saat kau melihat orang-orang di seluruh dunia berduka untuk seseorang yang mereka pikir sangat mereka kenal dibandingkan dirimu sendiri, maka hal itu akan terasa aneh karena kau sendiri tak bisa berduka sedalam itu," tambahnya.
Ketidakbisaannya meluapkan emosi dan rasa duka membuat Harry menjadi tertekan hingga mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya. Ia pun menggunakan alkohol serta obat-obatan terlarang untuk menutupi luka tersebut.
"Aku bersedia lalu minum (alkohol), aku bersedia untuk menggunakan narkoba, aku bersedia melakukan dan mencoba apa pun yang bisa membuatku tak merasakan apa yang aku rasa," tuturnya.
Sejak tragedi meninggalnya Putri Diana pada 1997, Pangeran Harry mengatakan saat dirinya berusia 23 hingga 32 tahun adalah masa-masa terburuk di hidupnya. Bahkan ia mengatakan periode hidupnya itu bagaikan sebuah mimpi buruk.
Suami Meghan Markle itu menambahkan, pihak istana juga sama sekali tak membantu dirinya melawan trauma. Mereka benar-benar tak acuh dan tak merespons apalagi memberi bantuan.
"Aku merasa benar-benar tak tertolong. Kupikir keluargaku akan membantu, namun setiap permintaan, pertanyaan, peringatan dan apa pun itu tak menghasilkan apa-apa dan benar-benar abai," pungkasnya.