Istri dari penyair Wiji Thukul meninggal dunia, kemarin. Kepergian Siti Dyah Sujirah atau akrab disapa Mbak Sipon menjadi saksi bisu dari sejarah penghilangan paksa saat rezim Orde Baru.
Pada 1988, Wiji Thukul pernah membacakan puisi kepada kekasih hatinya saat berada di rumahnya. Sipon diketahui duduk kalem namun hatinya membuncah penuh kebahagiaan.
Ingat lagi penggalan puisi Wiji Thukul kepada Mbak Sipon yang masih dikenal sampai sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anjing nyalak
Lampuku padam
Aku nelentang
sendirian
Kepala di bantal
Pikiran menerawang
Membayang pernikahan
(Pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam)
Kukibaskan pikiran tadi dalam gelap makin pekat
Aku ini penyair miskin
Tapi kekasihku cinta
Cinta menuntun kami ke masa depan...
Sampai sekarang nama Mbak Sipon memenuhi trending Twitter dan linimasa jagat maya. Mbak Sipon meninggal dunia karena serangan jantung pada Kamis (5/1/2023).
Selama ini, kondisi kesehatan Mbak Pon memang tidak begitu baik. Dia menderita diabetes. Bahkan, satu kakinya harus diamputasi akibat penyakit itu di pertengahan tahun lalu.
Dua hari sebelum meninggal kesehatannya memburuk. Tubuhnya lemas dan mengalami sesak napas.
"Dua hari terakhir ini mulai tidak doyan makan, dan kondisinya semakin lemas. Hingga semalam sesak, dan dibawa ke rumah sakit," kata Tri.
Mbak Pon akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Kamis (5/1). Berdasarkan surat lelayu yang diterima detikJateng, dia meninggal di usia 55 tahun.
Lebih dari separuh hidupnya dihabiskannya untuk menanti kabar mengenai Wiji Thukul, suaminya yang hilang di akhir kekuasaan Orde Baru.
Wiji Thukul merupakan penyair, sekaligus aktivis asal Solo. Karyanya yang menyindir pemerintah sangat keras, hingga dia bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Saat peristiwa Kudatuli, sejumlah aktivis PRD diburu. Wiji Thukul yang dalam hidup dalam pelarian, mencuri-curi kesempatan saat bertemu dengan Mbak Pon. Selanjutnya, Wiji Thukul pun hilang.
(tia/wes)