5 Fakta Joko Pinurbo, Penyair Kawakan Yogyakarta yang Penuh Syair Humor

5 Fakta Joko Pinurbo, Penyair Kawakan Yogyakarta yang Penuh Syair Humor

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 17 Mei 2022 12:22 WIB
Penyair asal Yogyakarta Joko Pinurbo
Foto: @sastragpu/ Joko Pinurbo
Jakarta -

Nama Joko Pinurbo bukan sembarang penyair. Lahir di Yogyakarta pada 11 Mei 1962, Joko Pinurbo dikenal sebagai penyair yang sukses menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia.

Kegemarannya menulis puisi sudah ditekuni sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Pria yang menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta itu baru saja meluncurkan buku puisi terbaru berjudul Epigram 60, kemarin.

Berikut 5 fakta soal Joko Pinurbo, penyair kawakan Yogyakarta yang penuh dengan syair humor dan ironi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Epigram 60

Akhir pekan lalu, Joko Pinurbo baru saja menerbitkan buku kumpulan puisi terbarunya Epigram 60. Peluncuran buku yang digelar secara daring dan luring itu terselenggara di toko buku Gramedia Yogyakarta.

Epigram 60 dirilis bertepatan dengan ulang tahun pria yang akrab disapa Jokpin yang ke-60. Jumlah puisinya ada 60 syair.

ADVERTISEMENT

2. Perpaduan Humor dan Ironi

Puisi-puisi Jok Pinurbo dikenal sebagai perpaduan antara narasi, humor, dan ironi. Dia dikenal piawai menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari dengan bahasa yang cair tapi tajam.

Puisi-puisinya banyak mengandung refleksi dan kontemplasi yang menyentuh absurditas sehari-hari.

Tapi di sisi lain, Jokpin juga gemar mempermainkan dan memakai keunikan kata-kata bahasa Indonesia sehingga banyak puisinya hanya dapat dibaca dan dinikmati dalam bahasa Indonesia.

3. Karya saat Pandemi

Saat pandemi global menghantam Indonesia, Joko Pinurbo tidak berhenti berkarya. Dia menerbitkan dua buku puisi yakni Salah Piknik yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) dan Sepotong Hati di Angkringan oleh DIVA Press.

Dua buku puisi itu dirilis secara berbarengan di momentum bulan yang sama. Saat peluncuran buku puisi secara virtual, Jokpin juga tak menyangka bisa menulis dua karya secara berbarengan dalam waktu kurang dari setahun.

"Dua buku ini lahir di luar rencana, saya buka rahasia saja ya. Saya sebetulnya ini menulis dua buku cerita dan sudah menyampaikan kepada editor di GPU dan Diva Press kalau tadinya akan menerbitkan kumpulan cerpen dengan masing-masing karakter berbeda," tutur Jokpin.

(Baca halaman berikutnya)

4. Populerkan Dunia Puisi

Joko Pinurbo tak menyangka puisi-puisinya mampu populer dan meramaikan industri sastra Tanah Air. Dalam sebuah wawancara, dia mengungkapkan pandangannya mengenai buku puisi yang sampai dicetak ulang bahkan di era pandemi.

"Keraguan saya mendapatkan respons sebaliknya. Karya saya mendapat sambutan yang baik dari pembaca, sangat baik untuk ukuran saya. Buat dua buku puisi ini," kata Joko Pinurbo saat peluncuran dua buku puisi secara virtual, akhir pekan lalu.

Pria yang akrab disapa Jokpin menceritakan kisahnya saat terpilih sebagai tokoh pilihan versi Majalah TEMPO. Saat itu, ia mendapat pertanyaan dari wartawan mengenai posisi buku puisi di industri Tanah Air sulit menjadi terpopuler.

Di masanya, Joko Pinurbo mengaku buku puisi terbilang sulit laku di pasaran. Karyanya pun dianggap bombastis kala itu.

"Saya yang sudah hidup puluhan tahun sebagai penyair dan memang itu susah waktu itu. Ternyata apa yang saya katakan dengan sangat yakin dan percaya diri itu terbukti di kemudian hari dengan sambutan yang luar biasa terhadap karya Sapardi Djoko Damono sampai Aan Mansyur," sambungnya.

5. Banjir Penghargaan

Karya-karya Joko Pinurbo juga sukses diterjemahkan ke bahasa Inggris, Jerman, sampai Mandarin.

Joko Pinurbo juga sukses memperoleh berbagai penghargaan. Di antaranya adalah Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).



Simak Video "Puisi Puasa Bareng detikers"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads