Nama M Aan Mansyur di arena sastra Indonesia tentu tak asing lagi. Penyair asal Bone, Sulawesi Selatan ini namanya kian moncer ketika sajak-sajaknya dipakai dalam film Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC 2) yang rilis tahun 2016 silam.
Kini, ia kembali menelurkan karya terbarunya. Kumpulan sajak berjudul 'Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu' yang akan rilis bulan Oktober tahun ini oleh Penerbit Shira Media dan masa prapesan buku ini mulai dibuka dari tanggal 1-31 Oktober 2021.
"Apakah kita adalah kata benda atau kata kerja? Apakah kita adalah kata kerja yang berhenti bekerja dan kini berusaha bertahan hidup sebagai kata benda?," demikian penggalan sajak yang ditulis oleh Aan Mansyur dalam buku kumpulan sajak terbarunya.
"Buku sajak ini, bahan dasarnya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang hilangnya imajinasi hidup bersama," kata Aan Mansyur kepada wartawan, Senin (4/10/2021).
Dalam buku terbarunya nanti, akan ada 36 judul sajak yang kesemuanya ditulis oleh Aan Mansyur selama masa pandemi. Puisi ini memuat banyak sekali tentang pertanyaan.
![]() |
"Hilangnya banyak 'kita'-kita dalam sajak ini bukan hanya kita manusia, tapi juga berarti bahwa manusia hanya bagian kecil dari kita yang lebih besar. Isu yang dibahas beragam dalam tiap sajak," jelasnya.
"Ini bisa digambarkan oleh kutipan Aurde Lorde di awal buku 'Tidak ada itu perjuangan isu tunggal, karena kita tidak menjalani masalah hidup tunggal'. Kira-kira begitu," tambahnya.
Secara bentuk, Aan mengatakan, juga sangat beragam. Bahwa puisi bisa dilihat bukan sebagai satu genre tetapi sistem penyampaian, sebentuk medium, di mana di dalamnya bisa ada sejumlah genre.
Selain itu, Aan Mansyur juga menulis sajak-sajaknya dengan kalimat-kalimat atau frasa-frasa yang sangat vivid, bahkan witty. Hal tersebut sebenarnya dapat ditemukan hampir di semua bukunya.
![]() |
Sajak-sajak dalam buku ini juga memperoleh tafsir visual yang dikerjakan oleh Wulang Sunu. Ilustrasi garapannya mampu memberikan nyawa atas apa yang telah ditulis Aan Mansyur. Salah satu ilustrasi yang ada di buku ini adalah gambar gajah.
"Setiap kali melihat gambar-gambar hewan yang besar, seperti gajah, saya sedih. mereka itu binatang paling menyedihkan menurut saya, susah sekali menghindari moncong senjata. Dan itu metafora yang pas banget dengan sajak-sajak di buku ini," pungkas Aan Mansyur.
Simak Video "Wanita Open BO Siksa Anak di Bawah Umur Karena Disindir Tak Modal"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/tia)