Salman Rushdie (mungkin) menjadi satu-satunya penulis di dunia yang mampu mengubah pengalaman mengerikan yang hampir membuat nyawa melayang menjadi sebuah buku. Pada 16 April 2024, sebuah buku memoar berjudul Knife: Meditations After an Attempted Murder' bakal terbit.
Kabar mengenai penerbitan buku memoar itu dibagikan oleh penerbit Penguin Random House. Dalam surat pernyataan terbuka, Salman Rushdie mengatakan memoar tentang serangan mengerikan yang membuat mata kanannya buta dan tangan kirinya rusak menjadi hal yang tak bisa dilupakan.
"Ini adalah buku yang perlu saya tulis, sebuah cara untuk mengambil alih apa yang terjadi, dan menjawab kekerasan dengan seni," kata Salman Rushdie dilansir dari AP, Jumat (13/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Agustus 2022, Salman Rushdie ditikam berulang kali di bagian leher sampai perut oleh seorang pria yang menuju panggung saat ia akan memberikan ceramah sastra di bagian barat kota New York. Penyerangnya, Hadi Matar mengaku tidak bersalah atas tuduhan penyerangan dan percobaan pembunuhan.
Buku memoar setebal 256 halaman akan rilis pertama kalinya di Amerika Serikat. Penguin Random House menjadi penerbit sekaligus rumah bagi karya-karya Salman Rushdie.
Awal tahun ini, ia baru saja merilis novel Victory City yang diselesaikan sebelum peristiwa mematikan tersebut. Buku-buku lainnya adalah Midnight's Children, Shame, dan The Moor's Last Sigh yang memenangkan Booker Prize juga terbit di bawah nama Penguin Random House.
CEO Penguin Random House, Nihar Malaviya menuturkan memoar Knife adalah buku yang membakar sekaligus menjadi pengingat.
![]() |
"Buku ini membakar dan pengingat akan kekuatan kata-kata untuk memahami hal-hal yang tidak terpikirkan. Kami merasa terhormat untuk mempublikasikannya dan kagum dengan tekad Salman Rushdie untuk menceritakan kisahnya dan kembali ke pekerjaan yang dicintainya yaitu menulis," katanya.
Pria berusia 76 tahun dalam sebuah wawancara dengan The New Yorker menceritakan tak ingin melihat ke belakang mengenai peristiwa mengerikan tersebut.
"Saya ingin melihat ke depan, bukan ke belakang. Saya juga sedang berjuang untuk menulis fiksi seperti yang dialami setelah fatwa kematian dari Ayatollah Khomeini dan sekarang malah menulis memoar. Menurutku, ketika seseorang menusukkan pisau ke tubuhmu, itu adalah cerita orang pertama. Itu adalah cerita aku," tukasnya.
(tia/pus)