Sebelum meninggalkan Indonesia, Kim Hyun Kyung menggelar pameran tunggal perdananya yang bertajuk Blessing. Dibuka pada 2 Oktober, lukisan-lukisannya dipamerkan di D'Gallerie, kawasan Kramat Pela, Jakarta Selatan, hingga akhir pekan ini.
Seniman asal Korea Selatan ini telah tinggal di Indonesia selama 12 tahun. Di Jakarta dan Bandung selama 4 tahun, dan 8 tahun lamanya menetap di Canggu, Bali. Indonesia bukan sekadar negara yang membuatnya terbuai, namun sekaligus menginspirasinya untuk berkarya.
"Melukis adalah sebuah proses untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyenangkan dalam hidup," ungkap Kim Hyun Kyung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kim Hyun Kyung sukses menangkap momen-momen tertentu lalu membuat cerita personal yang tak biasa. Kisah-kisah yang tak dimiliki orang lain pun menjadi spesial dalam setiap lukisan-lukisannya.
Baca juga: Sentilan Alam di Karya Seni Iwan Suastika |
"Melalui karya-karyanya, saya ingin orang dapat menemukan detail-detail kecil yang dalam kehidupan sehari-hari yang kerap luput dari perhatian. Saya juga berharap bisa berbagi perasaan yang sama dengan pengunjung yang melihat karya saya," katanya.
Dalam pameran tunggal Blessing, Kim Hyun Kyung berbagi cerita tentang pengalaman dan perasaannya selama menetap di Indonesia. Seperti saat Kim Hyun Kyung menemukan seekor anjing yang diadopsinya dan diberi nama Sia. Dia harus menyetir mobil selama 20 jam lamanya demi menjemput Sia.
![]() |
Pengalaman itu diungkapkan Kim Hyun Kyung lewat lukisan berjudul Good Night Sia (2021) dan Dance (2023). Dia menggambarkan Sia dengan mata berbinar tampak berbaring di atas tempat tidurnya, dan (tentu saja) dengan simbol ciri khas-nya yakni jambu klutuk yang berwarna merah.
Kim Hyun Kyung mengaku ketika mulai tinggal di Bali, ia mulai menemukan 'sosok' yang kini dihadirkan dalam setiap lukisannya. Figur yang disebutnya sebagai 'yellow friend', muncul dalam karyanya yang berjudul Connection (2022).
Pengalaman menarik lainnya juga terungkap ketika Kim Hyun Kyung mengunjungi sebuah gereja di kawasan Singaraja, di bagian utara Bali. Di sana dia mendengarkan cerita tentang Raja Singaraja, Panji Trisna, dan membuatnya terkesima. Momen itu digambarkannya dengan ciamik lewat lukisan Singaraja Church (2021).
Dalam melukis, Kim Hyun Kyung menggunakan cara yang tak biasa. Ia menggunakan material yang sangat khas seperti kertas oriental Hanji, bubuk batu alami, bubuk warna, juga bubuk emas, dan perak.
![]() |
Lapisan bubuk warna ditumpuknya secara cermat di permukaan Hanji, menciptakan sensasi kuat dari dimensi yang sesuai degan pengalaman dan kebijakannya. Kerumitan detail yang diterapkan Kim, menghadirkan kedalaman dan penyempurnaan dalam karya-karyanya. Pada lukisan-lukisannya, ia menerapkan tujuh kategori motif yang terdiri dari jambu biji atau telur sebagai matahari, beras untuk merepresentasikan keberlimpahan dan kemurahan hati untuk berbagi, keyakinan dan harapan.
Kini, dia mengajak para pencinta seni juga menelisik lebih dalam dan merasakan humor, kisah, dan keseharian sang seniman lewat pameran tunggal Blessing.
"Saya harap lukisan-lukisannya dapat membangkitkan rasa cinta yang lebih mendalam terhadap Indonesia, yang telah menjadi rumah kedua," tukasnya.
(tia/mau)