Nano Riantiarno yang Tak Pernah Kenal 'Titik'

Nano Riantiarno yang Tak Pernah Kenal 'Titik'

Tia Agnes Astuti - detikHot
Jumat, 20 Jan 2023 17:04 WIB
Suasana Rumah Duka Nano Riantiarno
Suasana rumah duka di kediaman Nano Riantiarno di Sanggar Teater Koma, kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Foto: Ahsan Nurrijal/ detikHOT
Jakarta -

Nano Riantiarno sukses menorehkan sejarah panjang dalam dunia panggung Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai aktor serbabisa, namun juga penulis naskah dan sutradara.

Pada 1 Maret 1977, Nano Riantiarno mendirikan Teater Koma bersama sejumlah dramawan teater dan aktor Indonesia salah satunya Jajang C Noer. Sepanjang karier di Teater Koma, Nano tidak pernah mengenal lelah berkarya.

Setiap tahun, Teater Koma kerap mementaskan dua kali pertunjukan di awal dan akhir tahun. Sesuai tradisi, pentas pertama digelar di Graha Bhakti Budaya dan keduanya di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Pasar Baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lakon yang dipentaskan pun sarat kritik sosial masyarakat kelas bawah. Nano tak pernah lelah menjawab berbagai persoalan bangsa lewat naskah yang ditulisnya, bahkan ia kerap menyimbolkannya ke dalam tokoh pewayangan.

Dalam sebuah wawancara, Nano Riantiarno mengatakan selama masih korupsi di Indonesia, dia akan tetap tegak berdiri dan menyuarakan aspirasi masyarakat. "Ya, seperti namanya, Teater Koma kan tidak pernah ada kata 'titik'," ungkap Nano semringah ketika diwawancarai detikcom, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT
Suasana Rumah Duka Nano RiantiarnoSuasana Rumah Duka Nano Riantiarno Foto: Ahsan Nurrijal/ detikHOT

Menurut keterangan Nano, ongkos produksi menggelar pertunjukan teater di Indonesia itu terbilang sulit dan membuatnya berpikir otak. Selama beberapa tahun terakhir, Teater Koma mengikuti perkembangan zaman dengan bantuan multimedia.

"Paling tidak, dengan bantuan multimedia kami beruntung menjadi semakin dekat dengan generasi muda," katanya.

Tak ingin ketinggalan hype juga, Teater Koma juga menayangkan berbagai produksinya ke dalam virtual. Lewat akun YouTube Teater Koma dan IndonesiaKaya sebagai sponsor, produksi-produksi yang terdigitalisasi dengan baik itu pun ditayangkan ulang.

"Itu salah satu cara kami, ruang penyimpanan dokumentasi Teater Koma di Sanggar juga tersimpan dengan baik," ucapnya.

Di penghujung hayatnya, Rangga Bhuana putra sulung Nano dan Ratna Riantiarno mengaku ayahnya sempat khawatir dengan masa depan teater yang didirikannya. "Papa masih khawatir Teater Koma untuk kedepannya mau gimana," kata Rangga Bhuana ditemui di rumah duka, Jumat (20/1/2023).

Menurut keterangan Rangga, akhir tahun lalu ayahnya memenangkan Sayembara Naskah Teater Dewan Kesenian Jakarta yang berjudul 'Matahari dari Papua'. Naskah itu pun menjadi warisan terakhir dari mendiang Nano Riantiarno.

"Sebenarnya rencananya beliau ingin memanggungkan itu," ucapnya.

"Mungkin nanti kita lihat dari Teater Koma ke depannya gimana," tukas Rangga.




(tia/wes)

Hide Ads