Indonesian Dance Festival 2022 Rayakan Momentum Usia 30 Tahun

Indonesian Dance Festival 2022 Rayakan Momentum Usia 30 Tahun

Tia Agnes Astuti - detikHot
Jumat, 26 Agu 2022 13:50 WIB
Indonesian Dance Festival 2022
Foto: Istimewa
Jakarta -

Festival tari kontemporer terbesar di Asia Tenggara, Indonesian Dance Festival (IDF), kembali hadir tahun ini usai terdampak pandemi selama dua tahun. Selama 7 hari pada 22-28 Oktober 2022, festival bakal melibatkan 80 seniman tari dengan 14 pertunjukan, 8 lokakarya dan kelas, serta pameran arsip retrospeksi.

Mengusung tema RASA: Beyond Bodies, tema ini sengaja dipilih untuk menawarkan cara pandang alternatif terhadap 'rasa'. Direktur IDF 2022, Ratri Anindyajati, mengatakan rasa ada dalam berbagai teks tertulis dan tak tertulis di beberapa kebudayaan.

"IDF di usia yang menginjak 30 tahun akan menjadi ruang di mana 'rasa' saling terbentuk dari banyak pengalaman kebudayaan di Indonesia dan mancanegara, serta bakal memunculkan 'rasa-rasa' baru yang tercipta," ungkap Ratri saat jumpa pers virtual.

IDF pertama kali diselenggarakan pada 1992 oleh tokoh tari yang terafiliasi dengan Institut Kesenian Jakarta. Sejak awal dibentuk, festival ini sudah berfungsi sebagai laboratorium dalam ekosistem seni tari kontemporer di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah nama besar koreografer dan penari ternama di Indonesia semakin besar berkat IDF. Di antaranya ada Eko Supriyanto, Rianto, Darlane Litaay, Ayu Permata Sari, Alisa Soelaeman, Puri Senja sampai Hari Ghulur.

"Selama 30 tahun kami mengembangkan seni pertunjukan kontemporer di Indonesia, dengan harapan kami melanjutkan pekerjaan dari jejak langkah para pendiri," sambung Ratri.

ADVERTISEMENT

Kali ini, IDF bakal kembali ke 'rumah' penyelenggaraannya yakni di Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Komunitas Salihara, Jakarta Selatan.

Pendiri IDF, Maria Darmaningsih, menambahkan sejak awal berdiri festival ini memberikan kesempatan platform kepada anak-anak muda. Pada 2006, ketika pengamat internasional seni tari datang melihat festival, nama IDF kembali terangkat.

"Mereka selalu ingin melihat karya koreografer muda Indonesia yang bisa diundang ke luar negeri. Di tahun 2013, ada Cry Jailolo karya Eko Supriyato dan mendapat kontrak ke Jepang dan juga keliling dunia ke-22 negara bersama penari yang bukan profesional. Pulang-pulang masing-masing punya Rp 100 juta dan melanjutkan sekolahnnya," tukas Maria.




(tia/dar)

Hide Ads