Hari ini menjadi momen terbaik bagi perempuan untuk merayakan berbagai kiprahnya. Di dunia seni, tak banyak yang tahu sosok Emiria Sunassa dan karya-karyanya sejak aktif berkarier sebelum kemerdekaan Indonesia.
Emilra Sunassa adalah salah satu perupa dan pelukis Indonesia yang berjuang untuk hasrat melukis di tengah keterbatasan.
Perempuan kelahiran Tanawangko, Tidore, Sulawesi Utara, mengawali karier seninya di usia 46 tahun. Berikut 5 fakta soal pelukis Emiria Sunassa, seperti dirangkum detikcom:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Belajar Otodidak
Dalam berbagai literatur disebutkan, Emiria Sunassa belajar otodidak dengan dunia seni usai bertemu dengan Kepala Kantor Urusan Bumiputra, Guillaume Frederic Pijper yang menyukai seni. Pertemuan mereka mendorongnya untuk melukis.
Pada masanya, Emiria Sunassa melukis secara otodidak. Dia juga tercatat pernah belajar melukis di Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI).
Di masa penjajahan Jepang, Emiria Sunassa juga merupakan anggota bagian seni pusat kebudayaan Jepang, Keimin Bunko Shidoso.
2. Pameran Tunggal di Tahun 1940
Emiria Sunassa pertama kali menggelar pameran tunggal yang diselenggarakan oleh Persatuan Ahli Gambar Indonesia atau PERSAGI. Salah satu lukisan yang dipajang berjudul Telaga Warna.
Setahun berikutnya, sebuah pameran digelar di Batavia Kunstkring yang berada di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Lukisan lainnya pun dipajang, di antaranya berjudul Pekuburan Dayak Penihing, Orang-orang Papua, dan Kampung di Teluk Rumbolt.
3. Aktif di Lembaga Kebudayaan Jepang
Di masa penjajahan Jepang, nama Emiria Sunassa cukup aktif berpameran dan terlibat dalam organisasi yang dibuat. Di Pusat Kebudayaan yang dibentuk militer Jepang, Keimin Bunka Shidosho, ia aktif menjadi sekretaris bagian seni lukis.
4. Disebut Pelukis Feminis
Dilansir dari berbagai literatur, sosok Emiria Sunassa disebut sebagai pelukis gerakan feminis awal di Indonesia. S Sudjojono yang dikenal Bapak Seni Modern Indonesia menyebut Emir ia Sunassa sebagai pelukis yang jenius.
Dalam berbagai lukisan-lukisannya, Emiria menjadikan perempuan sebagai subyek bukan obyek layaknya pelukis kebanyakan.
Perempuan juga digambarkan bersumber dari berbagai cerita pribadi, perempuan yang berkelompok, dan dari rakyat jelata. Karya-karyanya selalu bertemakan perempuan, seperti Wanita Sulawesi (1958), Market (1952), sampai Panen Padi (1942).
5. Kematian yang Misterius
Tidak ada yang tahu ke mana sosok Emiria Sunassa usai dekade 1950-an. Aktif berkarier mulai dekade 1940 sampai 1950-an, tiba-tiba saja ia menghilang.
Banyak beredar kabar kalau sang seniman meninggal dunia di Lampung pada 1964. Lukisan-lukisannya pun disimpan oleh teman dan tetangganya yang bernama, Jane Waworuntu.
Baca juga: 5 Fakta Lukisan Langka Raden Saleh |
(tia/dar)