Selamat Jalan Srihadi Soedarsono, Pelukis Borobudur hingga Bedhaya Ketawang

Obituari

Selamat Jalan Srihadi Soedarsono, Pelukis Borobudur hingga Bedhaya Ketawang

Tia Agnes - detikHot
Sabtu, 26 Feb 2022 19:24 WIB
Maestro pelukis Srihadi
Selamat Jalan Srihadi Soedarsono, Pelukis Borobudur hingga Bedhaya Ketawang. (Foto: 20detik)
Jakarta -

Srihadi Soedarsono (mungkin) satu-satunya seniman Indonesia yang berhasil menggoreskan kuas di dunia seni rupa dengan melampaui zaman. Dia memulai karier seni di awal masa kemerdekaan Indonesia dan masih eksis menggelar pameran tunggal hingga akhir hayatnya.

Lahir di Surakarta pada 12 April 1921, Srihadi muda pernah menjadi anggota Tentara Pelajar dalam kurun waktu 1945 sampai 1948. Dia menjadi wartawan pelukis yang membuat poster-poster untuk Balai Penerangan Divisi IV BKR/TKR/TNI di kampung halamannya.

Akhir 1948, profesinya di bidang militer pun berakhir dan ia kembali sekolah di SMA 2 Surakarta. Pada 1947-1952, dia bergabung dalam Seniman Indonesia Muda di Solo dan Yogyakarta. Srihadi tercatat sebagai anggota aktif dalam pembentukan Himpunan Budaya Surakarta di Solo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecintaannya pada dunia seni membawa Srihadi muda kuliah seni rupa di Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung atau ITB). Bahkan dia juga yang menciptakan logonya.

Kariernya melonjak pada 1960, ketika Srihadi mendapatkan beasiswa dari ICA untuk belajar di negeri Paman Sam. Ia melanjutkan kuliah di Ohio State University hingga mendapat gelar master of art pada 1962.

ADVERTISEMENT

Sejak saat itu, ia aktif mengajar sampai didaulat menjadi Guru Besar Seni Rupa pada 1 Desember 1992 sampai purnabakti di 1 Januari 2007.

Di bidang seni, kiprah Srihadi tak diragukan lagi. Lukisan-lukisannya dikenal dengan karya lanskap Indonesia dan kerap muncul dengan bentuk sederhana garis horison yang kuat. Di awal berkarya, ia cenderung terpengaruh geometris sintetik.

Tapi di dekade 1960, Srihadi Soedarsono mulai menggambar bentuk abstrak dengan warna yang lebih spontan. Dekade 1970, ciri khasnya berubah lagi.

Srihadi Soedarsono mulai mengeksplorasi gaya lukisan impresionis dan ekspresionis. Sebelum pandemi COVID-19 menghantam Indonesia di awal Maret 2020, Srihadi Soedarsono baru saja membuka pameran tunggalnya yang berjudul Man x Universe di Gedung A Galeri Nasional Indonesia.

Menteri BUMN Erick Thohir yang membuka perhelatan akbar tersebut. Dalam sambutannya, dia mengatakan Srihadi Soedarsono adalah sosok langka karena karya-karyanya mampu melampaui zaman sejak kemerdekaan Indonesia.

"Saya melihat lukisan-lukisan lanskap Srihadi Soedarsono sepanjang kariernya, bahkan seri Borobudur berbeda dari pelukis kebanyakan," katanya.

Baca halaman berikutnya soal Srihadi Soedarsono.

Dalam pameran tunggal itu, Srihadi juga memajang sketsa Borobudur yang berasal dari tahun 1948. Dari sketsa itulah melahirkan lukisan seri Borobudur lainnya, di antaranya ada 'Borobudur - Moment of Contemplation', 'Borobudur - The Power of Life', 'The Mystical Borobudur', 'Borobudur-the Energy of Nature', sampai 'Borobudur Drawing'.

Srihadi mengalami momen-momen kontemplasi di Bali pada 1954-1959 yang membuatnya memahami arah karya-karyanya. Saat mengamati pantai, ia menemukan fenomena alam bahwa antara langit dan laut selalu ada garis penghubung yang lurus, bersih, dan indah.

Itulah disebut garis horizon. Semacam titik nol yang siap untuk dikembangkan. Inilah yang kemudian menjadi ciri khas karya-karyanya.

Kini Srihadi Soedarsono berpulang. Maestro seni lukis Indonesia itu berpulang hari ini. Kabar duka menyelimuti dunia seni Tanah Air.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Telah berpulang Bapak Prof. Kanjeng Raden Haryo Tumenggung H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA., Guru Besar purnabakti FSRD ITB, pada hari Sabtu, 26 Februari 2022, pada pukul 05.20 WIB dalam usia 91 tahun. Berita duka diterima sekitar pukul 06.30 WIB, hari Sabtu 26 Februari 2022," tulis keterangan sekretaris ITB, dalam pesan singkat.

Srihadi Soedarsono meninggal di kediaman pribadinya yang terletak di Jalan Ciumbuleuit Nomor 173, Bandung, Jawa Barat.

Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan atau TMP Kalibata, Jakarta Selatan, sore nanti.


Hide Ads