Merayakan 21 tahun situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, Kemendikbudristek menggelar SangiRUN: 25K Night Trail Run. Sepanjang 25 kilometer, sekitar 96 pelari bakal meramaikan perhelatan tersebut.
Tak hanya event lari saja yang diselenggarakan, namun tim penyelenggara juga membuat karya seni instalasi di sepanjang 25 kilometer yang berlangsung mulai 19-21 November 2021.
"Supaya mengenal situs ini lebih jauh lagi, kami menyeleksi sekitar 96 pelari untuk mengenal Sangiran lebih jauh lagi," tutur Ketua Panitia SangiRUN Night Trail 2021, Andre Donas, dalam jumpa pers virtual, Jumat (19/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andre Donas mengatakan pihaknya menyiapkan video mapping di sepanjang trek tersebut. Video mapping yang disiapkan juga diramaikan oleh karya seni instalasi cahaya.
"Kenapa digelar malam hari? Situs desa ini sama dengan desa-desa pada umumnya di Jawa, kita bikin sesuatu yang unik dan menarik, difasilitasi dengan atraksi kebudayaan karya seni instalasi cahaya," kata Andre Donas.
"Video mapping tidak akan menarik kalau siang hari, jadi pemilihan malam menjadi hal penting. Ditambah berlari di sepanjang trek yang terdapat obor," sambungnya.
Tak hanya video mapping dan karya seni instalasi cahaya saja, namun penyelenggara juga mengajak masyarakat di sekitar situs Sangiran untuk memproduksi kerajinan tangan. Mulai dari cinderamata batu sangir, anyaman tikar, kerajinan tangan dari batok kelapa, anyaman plastik daur ulang, akar bambu, tenun sampai batik sebagai produksi rumahan.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid menuturkan SangiRUN Night Trail Run tak hanya sekadar lomba lari saja. Namun juga ajakan untuk mengenal situs Sangiran sebagai warisan budaya yang terletak di kabupaten Karanganyar dan Sragen, Jawa Tengah.
"Narasi yang coba dibangun dalam event ini untuk memperlihatkan kehidupan masa lampau di Sangiran sebagai sumber pengetahuan kita dan untuk masa kini. Semoga situs di Sangiran dapat terus dipelihara," kata Hilmar Farid.
Dia pun melanjutkan di situs Sangiran ada banyak temuan tentang manusia purba yang ada di masa lampau.
"Kita lihat dari waktu ke waktu, perkembangan evolusi manusia terkait peningkatan fisik kita. Tadinya mau bikin adu panco dengan manusia purba, kita bisa merekonstruksi kekuataan dari manusia purba di masa itu dari tulangnya, seginilah kekuatannya," ucapnya.
Tapi menurut Hilmar Farid, perayaan tahun ini juga ingin mengapresiasi terhadap sejarah masa lalu yang jauh.
"Kita ingin mengajak masyarakat bisa ikut merasakan, ya merasakan kehidupan masa lalu yang jauh, apa sih sesungguhnya yang dilewati manusia purba itu. Trek ini luas dari situs Sangiran, salah satu rumah terbesar karena banyak peninggalannya di sana," pungkasnya.
(tia/wes)