Demi Lukis Ekspresi Sultan Agung, Sudjojono Buat Sketsanya 5 Lembar

Tia Agnes - detikHot
Sabtu, 28 Agu 2021 16:04 WIB
Foto: S.Sudjojono Center/ Tumurun Private Museum
Jakarta -

Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen menjadi salah satu mahakarya S. Sudjojono yang mendunia. Lukisan yang dibuat pada 1973 dan selesai setahun berikutnya itu berada di Museum Sejarah Jakarta.

Di balik sejarah panjang lukisan berukuran 3 x 10 meter itu, ada satu cerita mengenai mahakarya tentang Sultan Agung dan Jan Pieterszoon Coen tersebut.

Kurator pameran Mukti Negeriku! Santy Saptari mengatakan lukisan besar itu terdiri dari tiga panel. Panel pertama tentang Sultan Agung bersama para pengikutnya, kedua tentang pertempuran, dan ketiga pertemuan antara JP Coen dan orang kepercayaan Sultan Agung.

"Di panel pertama ini, fokus pada Sultan Agung sebagai raja besar yang pening di hadapan bawahannya. Panel ini sangat detail dari ekspresi wajah Sultan Agung, baju yang dikenakannya yang menggambarkan sebagai seorang Raja Mataram," tuturnya.

Untuk mewujudkan sosok Sultan Agung, menurut penuturan Santy, Sudjojono sampai membuat lima lembar sketsa.

Tapi bukan sembarang sketsa yang digambar oleh sang seniman. Meski lembaran itu terasa sama, tapi Sudjojono ternyata membuat ekspresi dari sang raja.

"Bayangkan lima sketsa ini untuk pose saat Sultan Agung duduk, seperti yang dilihat ekspresi Sultan Agung ini sangat detail. Ada juga sketsa khusus untuk batik parang yang dikenakannya, motif ini bukan sembarang yang pakai," lanjutnya.

Untuk panel kedua ada 31 sketsa untuk menggambarkan pertempuran antara pejuang Mataram dan Belanda. Tak hanya subyek orang yang bertempur dan digambar detail oleh Sudjojono namun juga senjata yang digunakan.

Di panel ketiga, lanjut Santy, banyak pendapat yang mengatakan peristiwa ini belum tentu terjadi. Dalam sketsa, Sudjojono menggambarkan seperti berada di dalam ruangan karena ada meja dan kursi, tapi di lukisan aslinya berbeda lagi.

Panel ketiga pertemuan JP Coe dan orang kepercayaan Sultan Agung digambarkan dengan latar pelabuhan Sunda Kelapa.

Lewat 38 sketsa yang ditampilkan, pameran Mukti Negeriku! ingin memperlihatkan kepada para pencinta seni sketsa-sketsa yang sangat kompleks.

"Karya ini membuat catatan-catatan Pak Djon, tidak hanya sejarah Sultan Agung dan JP Coen tapi karakter di dalamnya. Ini semacam jurnal visual," tukas Santy.

Pameran seni bertajuk Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung Melalui Goresan S.Sudjojono berlangsung dari 28 Agustus 2021 sampai 28 Februari 2022 di Tumurun Private Museum, Solo.




(tia/dar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork