Made Wianta Berpulang, Indonesia Kehilangan Seniman Besar

Obituari

Made Wianta Berpulang, Indonesia Kehilangan Seniman Besar

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 13 Nov 2020 20:25 WIB
Pelukis Made Wianta Meninggal Dunia
Made Wianta meninggal di usia 70 tahun Foto: Made Wianta/ Instagram
Jakarta -

Pelukis asal Tabanan, Bali, Made Wianta, meninggal dunia di usia 70 tahun. Kabar kepergiannya membawa duka yang mendalam bagi dunia seni Tanah Air.

Indonesia kembali kehilangan seniman besar hari ini. Lahir pada 1949, Made Wianta mempelajari seni lukis saat mengenyam pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (kini ISI Yogyakarta) pada 1967.

Sekolah seni di Yogyakarta, Made Wianta kerap melukis menggunakan gaya surealisme. Karya-karyanya juga banyak menyisipkan simbol-simbol penuh makna, meski di masa itu sang maestro belum tahu apa itu surealisme.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istri Made Wianta, Intan, saat berbincang dengan detikcom pada November 2017 menuturkan saat belajar di ISI Yogyakarta, suaminya rajin membaca berbagai buku seni.

"Simbolisme itu lahir di Eropa, simbolisme juga lahir di Eropa dan di situ Bapak belajar surealis. Pak Made menuangkannya seperti patra, huruf kawi, dan digabungkan simbol-simbol lainnya," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Mungkin juga suami saya punya nightmare saat nonton Calon Arang atau Barong, meski sudah surealis dia masih hitam-putih," sambung Intan.

Pameran 'Run for Manhattan' Made WiantaPameran 'Run for Manhattan' Made Wianta Foto: Tia Agnes/ detikHOT

Saat tinggal di Karangasem, Made Wianta melahirkan periode dot atau titik-titik, triangle, garis-garis, dan bentuk geometri lainnya.

Intan mengatakan lukisan yang digambarnya menjadi lebih bertekstur. Di periode berikutnya, nuansa gembira yang lebih berwarna pun semakin berkembang.

Sepanjang kariernya, Made Wianta membagi ke dalam 8 periode yakni Karangasem, titik, segi empat, segitiga, perakitan, kaligrafi, kalender, dan media campuran.

Salah satu puncak karier Made Wianta adalah saat ia berpameran di Venice Art Biennale pada 2003. Agenda itu menjadi terpenting bagi perupa tersebut.

Venice Art Biennale merupakan pameran seni rupa dua tahunan yang bergengsi di dunia seni rupa. Ia menjadi seniman Indonesia ketiga yang diundang untuk berpameran di sana setelah Affandi (1953) dan Heri Dono di tahun-tahun berikutnya.

(Lanjut ke halaman ke-2)


Made Wianta pun mencoba mengirimkan proposal kepada tim dewan kurator Venice Art Biennale, dilanjutkan ke pemerintah setempat. "Akhirnya tembus dan mengajak seniman Indonesia lainnya," ucap sang istri, Intan.

Ia mempersembahkan karya yang merespons peristiwa bom Bali. Made Wianta memakai sapi dalam agama Hindu yang adalah kendaraan Siwa. Karya itu dipuji oleh pecinta seni Eropa.

Dua tahun berikutnya, Made Wianta berpameran di Mike Weiss Gallery di New York, Amerika.

Dia pun mendapatkan penghargaan Anugerah Seni Dharma Kusuma dari Pemerintah Daerah Bali serta gelar Most Admired Man of The Decade dari American Biographical Institute di Amerika Serikat.

Pameran 'Run for Manhattan' Made WiantaPameran 'Run for Manhattan' Made Wianta Foto: Tia Agnes/ detikHOT

Sebelumnya, kabar kepergian Made Wianta dibagikan oleh putri tertuanya, Burat Wangi Wianta lewat akun Facebook pribadi.

"Bapak, terima kasih atas cintamu yang abadi. Dengan kesedihan kami yang terdalam kami informasikan tentang meninggalnya Opa, Bapak, dan suami kami tercinta, I Made Wianta pada hari Jumat 13 November 2020 pukul 14.49," tulis Burat Wangi Wianta di akun Facebook, seperti dilihat detikcom, Jumat (13/11/2020).



Simak Video "Menengok Lukisan Kaligrafi 'Berbisik' Karya Made Wianta"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads