detikHOT menjadi satu-satunya jurnalis dari Indonesia yang diundang Fox International Channels untuk menengok lokasi syuting 'The Walking Dead' Season 3 di negara bagian Georgia, Amerika Serikat. Kunjungan itu berlangsung seharian di hari Jumat (20/9/2012) lalu bersama-sama para jurnalis lain dari Jerman, Inggris, Yunani, Prancis dan Singapura.
Pukul 13.00 Waktu Timur AS (Eastern Time/ET) kami berangkat dari hotel Wyndham Peachtree Conference Center menuju lokasi dengan bus yang sangat rock and roll dan full music, dilengkapi lampu disko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama lokasi sebenarnya adalah Senoia, kota kecil di Coweta County, negara bagian Georgia, AS. Informasi bahwa kota ini akan dijadikan lokasi syuting The Walking Dead Season 3 juga ada di Wikipedia. Sekitar 45 menit dari hotel, kami akhirnya diturunkan di Senoia. Cuma satu ruas jalan sih, tapi setting-setting bangunan dan kehidupannya nyata!
Di jalan-jalan itu terdapat banyak toko barang-barang antik, kafe-kafe kecil dari kayu yang bercat warna-warna pastel. Beberapa penduduk terlihat duduk-duduk di kafe itu, juga keluar masuk toko-toko barang antik. Di pinggir jalan penuh dengan mobil-mobil yang parkir.
Cuma, dari sekitar 500 meter bangunan di kanan-kiri, ada satu bangunan yang ternyata cuma settingan. Ya, itu adalah rumah The Governor, pemeran baru yang akan tampil di Season 3 yang diperankan aktor David Morissey. Rumah ini bercat hijau turqoise pucat, berhalaman rumput, dan di depannya terdapat papan nama 'Woodbury Town Hall'. Rumah The Governor ini sudah tampak dalam trailer Season 3 di situs www.amctv.com.
Kalau dilihat sekilas seperti nyata, namun begitu kita melangkah di jalan setapak di sampingnya, itu hanya triplek dan gabus yang dipermak sedemikian rupa.
Satu lagi, rumput-rumput di jalur hijau itu dibiarkan tumbuh liar, tidak dipotong. Ini sengaja agar mendapatkan kesan kota mati saat outbreak 'walkers', istilah zombie yang dipakai dalam film ini.
"Kalau syuting, kegiatan penduduk tetap jalan seperti biasa. Tak ada yang terganggu. Penduduk di sini juga senang karena film ini bisa mendatangkan kontribusi positif bagi mereka," jelas Chrystal.
Kemudian kami naik bus kembali, menuju studio Raleigh, sekitar 30 menit perjalanan dari situ. Di situ kami memasuki lokasi syuting dan melihat segala aktivitas di balik layar. Pintu yang tampil di Season 1 tampak menyambut kami, 'Don't Open. Dead Inside'.
Kemudian dari kantor studio, kami menuju ke bengkel properti. Ya ampun, besar bengkelnya sebesar hanggar pesawat terbang. Di sana segala properti dibuat, seperti papan-papan nama kota dan tempat, tampak dipajang menutupi dinding bengkel. Tumpukan cat-cat, pylox dan plitur tersusun di sana.
Segala alat kerja pertukangan juga ada. Sekitar 10 orang lalu lalang bekerja di sini. Dan hei, ada tumpukan kaki-kaki zombie di sini. Penasaran, ternyata tumpukan itu dibuat dari susunan kawat kotak-kotak yang dibuat melingkar menjadi seperti struktur tulang, diberi kaki buatan yang terbuat dari karet dan dilapisi kain jeans.
Kemudian pindah lagi, ada satu flat bed truck yang berisi aneka ragam panganan. Mulai permen, biskuit, cokelat, energy bar, keripik kentang, belasan toples camilan ringan, buah-buahan, hingga beberapa kotak pendingin yang berisi aneka minuman, mulai dari air mineral sampai jus buah, minuman berenergi, kopi, teh, hingga soda kalengan.
Semua kru dan pemain, termasuk figuran dan stuntman, yang jumlahnya 150-200-an orang bisa mengambil makanan itu sesuka hati. Ada kru khusus yang menangani masalah logistik ini. Logistiknya melimpah seperti tak habis-habis. Para jurnalis pun dipersilakan mengambil sesuka hati.
Kami juga melihat para pemain menunggu sesi scene mereka, duduk di kursi pemain yang bertuliskan nama pemeran masing-masing. Hampir semua pemain yang survive di Season 2, ada di situ. Tampak juga co-producer dan ahli spesial efek Greg Nicotero tampak menyutradarai sambil menatap 3 TV kecil dari 3 kamera berbeda angle.
"Rolliiiingg! Quiet please! Rolling, rolling, rolling," begitu teriakan salah satu kru saat memulai syuting. Dan suasanya pun mendadak senyap dan berbicara berbisik, kembali bersuara setelah ada teriakan "Cut!".
Rata-rata para kru dilengkapi dengan Handy Talkie (HT) dan earphone. Baju mereka sangat santai, kaos oblong, celana jeans panjang & pendek, serta sepatu kets atau sneakers. Di sekitar set itu, ada beberapa hanggar untuk set film, trailer perlengkapan dan alat berat juga bertebaran di mana-mana.
Syuting berlangsung hingga break makan siang, jam 16.30 waktu setempat. Para produser, sutradara, para pemain, figuran zombie hingga kru-kru, termasuk jurnalis semua menuju bangunan kabin kayu semi permanen yang dibuat untuk kantin. Di sana ada puluhan meja dan kursi panjang. Rupanya, mereka juga punya koki khusus yang menangani masalah perut para pemain itu.
Di dalam kantin itu, ada beberapa booth prasmanan. Booth makanan utama berisi menu seperti bebek bumbu kuning, kentang giling, babi panggang, filet ikan goreng tepung, sayur zuchini, buncis dan sebagainya. Ada juga booth salad dan booth minuman. Ada tumpukan piring kertas, peralatan makan dari plastik dan besi di ujung-ujung booth. Mirip suasana di pesta-pesta pernikahan.
Para produser dan pemain mengambil makanan lebih dulu. Kemudian para kru, serta figuran dan para 'zombie'. Geli rasanya melihat mereka berkostum zombie yang sudah siap syuting, namun mengambil makanan banyak-banyak. Manusiawi sekali ya si zombie. Semua duduk di kantin itu, makan bersama, tak ada sekat.
Sesaat kemudian ada yang berteriak, agar para 'zombie' berkumpul di satu ruangan terpisah. Mereka tampak di-briefing. Kelar jam makan siang, semua keluar kembali melanjutkan syuting.
Karena hari sudah beranjak malam, maka set dipindah ke outdoor. Udara cukup dingin malam itu. Namun satu booth mesin kopi beserta seorang barista sudah bersiap meracik kopi yang memberikan suntikan kafein. Meski hanya seorang, barista kopi itu profesional, menggiling kopi, melakukan brewing, hingga membentuk lukisan dengan susu di gelas kertas. Sedapp!
Setelah scene demi scene syuting, akhirnya kelar juga syuting hari itu pada pukul 23.30 malam. Semua berkemas pulang, menyambut weekend setelah bekerja 12-14 jam per hari dalam sistem shift.
(nwk/ich)