Riset Perkumpulan Anak Luar Nikah, Cari Kasus Pemalsuan Dokumen di Singapura

Spotlight

Riset Perkumpulan Anak Luar Nikah, Cari Kasus Pemalsuan Dokumen di Singapura

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 08 Agu 2023 18:02 WIB
Grace Tioso, Penulis Novel Perkumpulan Anak Luar Nikah
Foto: Courtesy of Noura Publishing
Jakarta -

Perkumpulan Anak Luar Nikah bukan sekadar kisah tentang keturunan Tionghoa-Indonesia mengenai masa kelam sejarah bangsa. Tapi memantik percakapan lebih jauh mengenai berbagai peristiwa berdarah yang terjadi di Indonesia.

Novel yang ditulis oleh Grace Tioso membuka percakapan lebih mendalam tentang berbagai hal tersebut. Termasuk penyebutan Anak Luar Nikah yang ada di dalam Akta Lahir.

Kepada detikcom, Grace mengatakan ada banyak riset mendalam yang dilakukannya demi menyukseskan penggarapan buku tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya riset dari sisi sejarah, wawancara profesor-profesor juga. Untuk tahu ini tuh bisa terjadi nggak sih di dunia nyata? Do we have a case? Apakah betul di Singapura memalsukan dokumen bisa dipidanakan," katanya belum lama ini.

Grace menuturkan dia menyambangi Pengadilan Tinggi di Singapura untuk memeriksa dokumen yang terbuka bagi publik umum. "Untungnya terbuka untuk publik ya," ungkap Grace sembari tertawa.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan di Singapura, ada kasus-kasus hukum pidana yang terjadi akibat pemalsuan dokumen.

"Saya dapatkan kasusnya. Kasus pemalsuan dokumen pasti dihukum pidana, apalagi berkaitan dengan dokumen negara," ucapnya.

Selama dua tahun sebelum terbit, Grace pun membangun berbagai karakter dan struktur cerita untuk Perkumpulan Anak Luar Nikah.

"Saat premis ini saya kirimkan ke tim Rakata dan Mizan Writing Bootcamp, mereka juga tertarik dengan premis ini," tukasnya.

Menurut Grace, ada banyak sisi lain dari peristiwa yang terjadi pada masyarakat Tionghoa-Indonesia yang belum banyak diketahui. Peristiwa itu terbilang masa lampau nan kelam, yang memang tak ada dalam berbagai buku-buku sejarah di sekolah.

"Banyak miskonsepsi dari publik tentang komunitas Tionghoa-Indonesia. Banyak luka di masa lalu, sehingga membuat keluarga Tionghoa menutup diri, banyak disalah artikan sebagai sombong dan eksklusif. Tapi itu sebenarnya luka-luka atau trauma keluarga yang dialami dan setiap generasi itu ada lukanya," tukasnya.




(tia/dar)

Hide Ads