Muhammad Rafi Azzamy viral di Twitter pekan lalu. Potongan video wawancaranya yang mempertanyakan 'mengapa harus bangun pagi ke sekolah' itu dikomentari di jagat maya.
Rafi bukan sembarang anak kemarin sore. Sejak masih di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia sudah membaca berbagai teori filsafat bagi pemula. Rafi gemar membaca dan berdiskusi bersama teman-teman siswa di kota asalnya di Malang, Jawa Timur.
Saat baru bersekolah di kelas 1 SMK, Rafi yang terpilih menjadi ketua kelas tidak setuju ia menjadi pemimpin dengan dalih 'murid yang kurang ajar'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga nggak boleh ada foto di angkatan, padahal teman-teman hanya minta izin untuk memakai sekolah, mau ada foto angkatan. Diizinkan asalkan tidak ada Rafi Azzamy, kalau ada dia dibatalkan," kata Rafi ketika menceritakan kepada detikcom.
Apa yang membuat sekolah memperlakukan Rafi seperti itu? Di ujung telepon, sambil berkelakar dan tertawa, Rafi mengatakan kemungkinan pihak sekolah takut jika ia memposting kritik apapun melalui media sosial maupun TikTok pribadinya.
Jika dihitung, lanjut Rafi, ia sudah mendapatkan ancaman lebih dari 5 kali.
"Saya juga dapat ancaman pemukulan, dipanggil lalu dibilang 'hati-hati di jalan'," ujurnya.
Menurut penuturan Rafi, ia mengkritik sekolah karena sistem relasi kuasa yang dilontarkan filsuf Foulcault. Dia menegaskan seharusnya ruang belajar siswa itu terbuka untuk diskusi dan saling bertukar pendapat.
Akhirnya, Rafi membawa kasus-kasus yang merugikan namanya itu ke meja hijau dan menyerahkan kepada tim kuasa hukum.
"Banyak orang yang bilang, 'Rafi santai dulu-lah, manut wae sama sistem'. Tapi itulah yang aneh dari sekolah kita, orang-orang di Twitter mengatakan 'kamu itu loh masih kecil terlalu idealis', dan bla bla bla. Tapi menariknya kamu sudah menyerah dengan idealisme, itu nggak mungkin bisa mengubah pendidikan kita," kata Rafi.
"Mereka terdiam ketika saya menulis buku (Buku Panduan Melawan Sekolah) dan membawa kasus ini ke meja hijau," tegasnya.
Setelah potongan video Rafi Azzamy viral di Twitter dan namanya mulai dikenal, ia menulis buku yang bertajuk Buku Panduan Melawan Sekolah. Buku yang diterbitkan oleh Merabooks segera menyapa pembaca dan bakal mind blowing dengan segala isi di dalamnya.
(tia/nu2)