Muhammad Rafi Azzamy atau Rafi viral di Twitter. Banyak yang pro, tak sedikit juga kontra gara-gara 'kenapa saya harus masuk pagi ke sekolah?'.
Cerita Rafi awalnya dikisahkan saat melakoni sesi live dua bulan yang lalu kemudian diunggah sekitar minggu lalu. Tak lama setelah mengemuka ke publik, namanya pun langsung viral karena mengkritik sistem sekolah.
Rafi merupakan pria berusia 18 tahun yang baru saja lulus SMK. Namanya tiba-tiba ramai di Twitter, hingga disorot oleh banyak pihak. Bahkan ia jadi trending nasional. Rafi pun kaget.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia lantas menceritakan asal mula bisa jadi perbincangan publik. Menurutnya itu karena isu yang dibawanya semacam ilusif di balik kedisiplinan.
"Bahwa kata disiplin beserta maknanya menempel pada pikiran kita, menempel dan mau saya bedah," katanya kepada detikcom, Jumat (15/7/2022).
Salah satu isu yang diangkat adalah untuk apa bangun pagi, untuk apa masuk sekolah?
"Itu di luar kewajiban agama yang mewajibkan kita harus salat subuh dan kewajiban domestik membantu orang tua. Kenapa saya harrus masuk pagi ke sekolah?" tuturnya.
Rafi kemudian mendalami kalimat tersebut. Ia pun maju kepada sebuah pertanyaan, mengapa ketika dirinya tak melakukan hal tersebut lantas dimarahi?
"Disiplin adalah diskusi yang ilusif, terselubung dan menjangkit norma kita. Kalau ilusif gimana? Saya nggak mengatakan harus ditentang, tapi saya menegaskan untuk mengkritisi," ungkapnya.
Rafi merasa tersentil untuk mengkritisi apa saja yang ada di sekolah, termasuk kedisiplinan. "Terserah kalian mau menaati atau melawannya. Itu poin utama saya," lanjutnya.
Tapi Rafi tak menyangka ternyata kalimat itu bikin heboh. Ia sempat bertanya kepada dirinya sendiri mengenai kapasitas pikiran mereka yang kontra.
"Padahal saya hanya mempertanyakan, kenapa harus bangun pagi? Saya diserang, dibilang, halah kamu males bangun pagi, kok bisa mikir gitu?" ujarnya.
Akun Twitter yang awalnya punya 30 follower berubah drastis. Kini, ia punya 2,726 follower. Tapi tentu saja demi memuaskan dahaga netizen, tentang bagaimana seorang Rafi bisa mengkritisi hal tersebut.
"Saya berlandaskan kebanyakan pikiran psikoanalisis Lacan. Ketika ada fenomena agitasi, kita tidak perlu terjerumus pada anxiety, kita sorot fenomena itu dari luar. Jadi bahan candaan," tukasnya.
(nu2/nu2)