Gamelan adalah perpaduan musik tradisional dengan alunan nada yang mampu membuat pendengarnya merasa nyaman. Tapi bagaimana jika ada yang membawa kutukan?
Itulah yang terjadi dalam kisah Gending Pencabut Nyawa. Buku horor yang diterbitkan oleh Penerbit Gagasmedia bakal meramaikan industri buku Tanah Air dalam waktu dekat.
Gending yang berarti musik gamelan merupakan salah satu budaya Jawa yang kental ada. Kisah itu terinspirasi dari urban legend yang ada di sebuah desa di kaki Gunung Merapi, Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alkisah, dahulu kala ada sebuah mitos tentang gending. Ada tiga gending yang biasa terdengar di kaki gunung tersebut. Satu adalah gending hajatan yang artinya ada hajatan di desa gaib.
Kedua, gending yang merupakan kutukan dan berada di salah satu kedalaman hutan. Ketiga, gending yang merupakan pemujaan dan bisa terdengar dari arah puncak gunung.
![]() |
Cerita yang dituliskan dalam buku Gending Pencabut Nyawa berasal dari legenda urban kedua. Kejadiannya setiap malam kala bulan purnama. Ada satu orang yang keluar rumah malam-malam dan menari di tengah desa, layaknya kesurupan.
Perempuan itu masuk ke dalam hutan dan tidak ditemukan lagi jejaknya. Esok paginya, ia sudah meninggal.
Diosetta, nama pena dari penulis asal Solo yang gemar mendaki dan jalan-jalan itu mendapatkan cerita dari warga desa. Kepada detikcom, ia menceritakan mengenai mitos tersebut.
"Dulu tahun 1980-an sempat cerita, memang ada orang meninggal yang setelah mendengar gending gamelan itu besoknya meninggal. Memang terinspirasi dari kisah nyata dan satukan dengan budaya lokal," katanya.
Menurut penuturan Diosetta, di dalam hutan yang disebutnya dengan alas mayit terdapat area kutuban konon peninggalan zaman dahulu.
(Baca halaman berikutnya soal Gending Pencabut Nyawa)
Simak Video "Video: Kadir Srimulat Kini Jadi Afiliator, Raup Puluhan Juta per Bulan"
[Gambas:Video 20detik]