Agus Suwage Bikin Tembok Toleransi, Kritik soal Ini

Spotlight

Agus Suwage Bikin Tembok Toleransi, Kritik soal Ini

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 07 Jun 2022 18:24 WIB
Pameran Tunggal Agus Suwage Theater of Me di Museum MACAN Jakarta
Karya seni instalasi Tembok Toleransi (2012) yang dipamerkan di Museum MACAN Jakarta Barat. Foto: Courtesy of Museum MACAN
Jakarta -

Lebih dari 80 karya ciptaan Agus Suwage tengah dipamerkan di Museum MACAN, Jakarta Barat hingga 15 Oktober 2022. Salah satu karya seni yang ditampilkan adalah Tembok Toleransi yang dibuat pada 2012.

Tembok Toleransi menampilkan sebuah pemandangan tembok yang memiliki permukaan kasar dan ada beberapa simbol telinga berwarna emas. Jika mendekatkan telingamu, maka terdengar sayup-sayup suara azan. Apa yang coba disampaikan Agus Suwage?

Kepada detikcom, Agus Suwage mengatakan ide mengenai karya seni instalasi Tembok Toleransi menyentil suara azan yang terlalu lantang di sekitar lingkungannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut saya suara azan itu anggun, tapi terkadang banyak muazin yang melantangkan suara azan kayak soundsystem," katanya, baru-baru ini.

Suara azan, lanjut Agus Suwage, sebenarnya membuatnya terganggu dan tidak bisa berkutik. Lantaran suara yang terlalu kencang membuatnya tidak bisa melanjutkan aktivitas.

ADVERTISEMENT
Pameran Tunggal Agus Suwage Theater of Me di Museum MACAN JakartaPameran Tunggal Agus Suwage Theater of Me di Museum MACAN Jakarta Foto: Courtesy of Museum MACAN

"Tapi sumber masalahnya adalah karena kita punya panca indera. Kalau kita budek, tidak bisa mendengar sebenarnya tidak bisa mendengar juga," ungkapnya sembari tertawa.

Simbol telinga sengaja disisipkan di karya seni instalasi Tembok Toleransi tersebut. Tak disangka, karya tersebut disukai kolektor dan pencinta seni.

Lulusan Studi Desain Grafis di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menuturkan suaranya yang dikeluarkan melalui seni rupa agar katarsis di dalam dirinya keluar.

"Sebenarnya saya berkarya itu supaya ada katarsis keluar, kalau nggak, mungkin saya bisa gila karena mikirin ini itu. Katarsis buat lampiaskan kekesalan saya," katanya.

Setelah bekerja sebagai desainer grafis di Jakarta, Agus Suwage bersama istrinya Titarubi yang juga perupa memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta pada 1999. Selama lebih dari 30 tahun, Agus Suwage menciptakan sejumlah rangkaian karya.

Agus Suwage menggelar pameran tunggal perdananya di Galeri Cemeti, Yogyakarta, pada 1995. Dari situ, karya seni ciptaannya dikenal secara global dan mendunia. Termasuk 'The 2nd Asia Pacific Triennial of Contemporary Art' di Queensland Art Gallery, Australia (1996), 'The Sixth Havana Biennial' di Kuba (1997), 'AWAS! Recent Art from Indonesia' yang juga dipamerkan di Australia, Jepang, Jerman, dan Belanda (1999-2002).




(tia/dar)

Hide Ads