Tromarama Boyong Hutan Virtual ke Jakarta

Spotlight

Tromarama Boyong Hutan Virtual ke Jakarta

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 07 Des 2021 16:03 WIB
Tromarama
Tromarama tampilkan The Lost Jungle atau Hutan yang Hilang di Museum MACAN Foto: Courtesy of Museum MACAN
Jakarta -

Jakarta sebagai kota metropolitan yang terdiri dari gedung-gedung tinggi, hanya sedikit menyisakan lahan hijau. Hutan menjadi barang langka dan tak pernah ada di Ibu Kota.

Di balik gemerlapnya Ibu Kota, hutan dihadirkan kembali oleh grup seniman kolektif bernama Tromarama. Di barat bagian Jakarta, Tromarama menghadirkan proyek seni instalasi The Lost Jungle atau Hutan yang Hilang di Museum MACAN.

Hutan dan binatang yang terancam punah menjadi tema penting yang diangkat oleh Tromarama. Kelompok seniman yang berdiri pada 2006 itu tak menghadirkan hutan sekadar hal biasa, namun mengajak pengunjung untuk risau dan bertanya kembali hubungan antara kita dan alam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita berusaha untuk membangun pameran ini buat menstimulasi dan memikirkan ulang hubungan antara manusia dan alam, serta teknologi itu sendiri," ungkap Herbert Hans kepada detikcom di Museum MACAN saat media tour pada Jumat (3/12/2021).

Setiap pengunjung yang melihat-lihat The Lost Jungle, lanjut dia, ada jarak dan merasakan sesuatu yang ganjil ketika melihat ruangan tersebut.

ADVERTISEMENT
Main-main di 'Hutan yang Hilang' Museum MACANMain-main di 'Hutan yang Hilang' Museum MACAN Foto: Courtesy Museum MACAN

"Kenapa sih proyeksi hutan ini mencerminkan realitas di luar. Dikerjakan sepenuhnya oleh komputer, kenapa akhirnya hutan ini memang pure buatan manusia. Itu kan sesuatu yang aneh dan manusia nggak pernah buat binatang, tapi di sini kami ajak bikin binatang imajiner," sambungnya.

Tromarama tak sekadar menghadirkan hutan virtual semata, namun mereka juga memasukkan data cuaca secara realtime dengan yang terjadi di Jakarta. Jika di luar Museum MACAN, cuacanya hujan maka dalam layar berukuran raksasa di ruang seni anak itu akan terlihat hujan, begitu pun sebaliknya.

Elemen cuaca itu dilihat dari curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin. Tapi bedanya adalah, Tromarama mengajak anak-anak untuk membuat makhluk-makhluk imajiner yang nantinya bakal masuk ke dalam layar di karya seni instalasi tersebut.

"Waktu di karya seni sebelumnya (Solaris), kami hanya memakai still image saja, namun di The Lost Jungle bukan hanya data cuaca saja yang menggerakkan ekosistem utamanya tapi ada partisipasi anak-anak buat mengisi hutan virtual," kata Herbert Hans.

(Baca halaman berikutnya soal Tromarama)

Nama Tromarama menjadi salah satu grup seniman kolektif yang eksis memajang berbagai karya seni instalasi ke mancanegara. Saat situasi tak menentu karena pandemi, Tromarama kini memboyong proyek seni instalasi The Lost Jungle atau Hutan yang Hilang ke Jakarta.

Berdiri sejak 2006, Tromarama terdiri dari tiga orang seniman. Mereka adalah Febie Babyrose, Herbert Hans, dan Ruddy Hatumena.

TromaramaTromarama Foto: Courtesy of Museum MACAN

Tromarama kerap menghadirkan persepsi antara dunia fisik dan virtual di era digital. Mereka tertarik pada ide tentang hiperrealitas di era digital.

Karya-karya Tromarama banyak menggabungkan sejumlah medium seperti video, instalasi, pemrograman komputer, dan partisipasi publik dalam jaringan. Praktik artistik Tromarama mengeksplorasi konstruksi sosial yang merespons terhadap waktu, bermain dengan ruang di antara dunia fisik dan digital.

Mereka pernah menggelar pameran tunggal di MORI Art Museum Tokyo (2010), Stedelijk Museum Amsterdam (2015), dan pameran kelompok seperti Triennial Seni Kontemporer Asia ke-7 di Brisbane dan Gwangju Biennale.

Main-main di 'Hutan yang Hilang' Museum MACANMain-main di 'Hutan yang Hilang' Museum MACAN Foto: Courtesy Museum MACAN


Simak Video "Video: Perupa Thailand Korakrit Arunanondchai dan Karyanya di Museum MACAN"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads