Daniel Ahmad sukses membuat pembaca bergidik ngeri ketika membaca cerita horornya. Lewat seri novel Midnight yang diterbitkan GagasMedia, ia semakin cemerlang menulis horor yang tak sembarangan.
Seri Midnight mengisahkan tentang berbagai cerita dan lokasi horor yang ada di sekitarnya. Pria yang akrab disapa Ahmad itu berasal dari timur Pulau Jawa dan banyak kisah berhantu.
"Di Jawa Timur itu ada banyak sekali mitos cerita berhantu, saya sempat riset juga dan nemu banyak tempat yang punya cerita sendiri. Ada restoran, rumah sakit, gedung bioskop, dan lain-lain. Akhirnya terbersit ide saya mau bikin ceritanya mulai dari restoran dulu," kata Daniel Ahmad ketika diwawancarai detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam seri novel pertamanya Midnight Restaurant, Ahmad menceritakan suatu hari ia ditugaskan untuk menghadiri seminar di luar kota. Ketika malam tiba saat mereka kelaparan, seorang teman menawarkan untuk pergi keluar membeli makanan.
Sepuluh menit berikutnya, temannya kembali sambil ngos-ngosan. Ternyata ia pergi beli makanan ke warung makan yang sudah tutup dan mendapatkan penampakan di sana.
Alkisah, rumah makan itu ditutup setelah dapurnya kebakaran sampai salah satu karyawan meninggal. Ide cerita itu didapatkan untuk menggarap Midnight Restaurant.
Di novel kedua dalam seri Midnight yang baru saja rilis, Ahmad terinspirasi dari salah satu rumah sakit angker di Jawa Timur. Ketika kecil, ia pernah menemani ayahnya yang dirawat di rumah sakit tersebut.
Cerita horor mengenai rumah sakit itu juga pernah viral ketika kamera CCTV menangkap bayangan 'penampakan' di sana. Dari situ, cerita Midnight Hospital bergulir.
"Setiap lokasi punya sejarah yang berbeda-beda, tapi saya sajikan secara modern. Dari dua novel, saya gabungkan ada karakter kolektor barang antik. Di novel pertama, ada barang antik jam dan kedua ada patung," tutur Ahmad.
"Dua barang itu memang kenyataannya ada dan itu saya ceritakan juga," sambungnya.
Demi mewujudkan cerita horor yang sesuai, Ahmad pun sengaja membuat kota fiktif yang disebut dengan Gambir. Tokoh-tokohnya pun menyatu dengan latar baru tersebut.
Ahmad pun mengaku tak disangka respons pembaca terhadap dua karyanya tersebut luar biasa. "Ternyata ada banyak pembaca baru dan muda di dua novel cetak tersebut, jadi sama-sama melengkapi dan saling berjejaring juga," pungkasnya.
(tia/doc)